Ketika Ikhtiar Sosial Tak Berbuah: Kegagalan yang Bukan Akhir Cerita

- Minggu, 21 Desember 2025 | 19:06 WIB
Ketika Ikhtiar Sosial Tak Berbuah: Kegagalan yang Bukan Akhir Cerita

Keberhasilan bukanlah satu-satunya akhir dari sebuah ikhtiar sosial. Faktanya, banyak upaya yang kandas di tengah jalan. Niat baik kerap disalahartikan, sementara kerja keras pengabdian justru dipertanyakan kepercayaannya.

Realitas sosial, harus diakui, jauh lebih ruwet dan kompleks daripada sekadar rencana yang tersusun rapi di atas kertas. Itulah sebabnya, kegagalan sering muncul bukan lantaran kurangnya kesungguhan.

Bagi para pegiat sosial entah itu pendidik, aktivis, atau penggerak masyarakat rasa pahit saat ikhtiar tak membuahkan hasil bisa sangat menyakitkan. Yang dipertaruhkan bukan cuma program, tapi juga idealisme, kepercayaan diri, dan ketulusan hati. Tak heran, banyak yang akhirnya memilih mundur.

Pada momen itulah, kegagalan kerap dianggap sebagai titik akhir. Padahal, bisa jadi ia hanyalah sebuah babak dalam proses panjang yang belum usai.

Dari sudut pandang keimanan, tidak semua yang gagal berarti keliru. Al-Qur’an mengingatkan, kita sering hanya menilai dari apa yang kasat mata. Sementara itu, Allah Maha Mengetahui segala yang tersembunyi.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)

Ayat itu menawarkan perspektif lain. Kegagalan dalam kerja sosial belum tentu penanda kesalahan. Bisa jadi, ia adalah bentuk perlindungan, penundaan, atau bahkan proses pematangan sebelum kita diberi amanah yang lebih besar.

Kesadaran semacam ini amat krusial, terutama bagi mereka yang bergelut di ruang-ruang sosial dan kebangsaan. Jangan berharap hasil instan. Yang justru sering menghadang adalah penolakan, resistensi, dan ketidakpercayaan. Di situasi seperti inilah keteguhan diuji: mampu bertahan meski tanpa pengakuan.


Halaman:

Komentar