Di tengah puing-puing yang masih berserakan, ada secercah harapan. Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza, yang pernah nyaris rata dengan tanah, perlahan mulai berdenyut lagi. Kompleks medis terbesar di wilayah itu kini membuka beberapa bangunan barunya, menyediakan layanan kesehatan penting meski harus menanggung luka yang dalam.
Serangan-serangan hebat pada November tahun lalu dan Maret 2024 memang menghancurkan banyak bagian. Dulu, tempat ini adalah jantungnya layanan kesehatan Gaza, lengkap dengan unit bedah, pusat cuci darah, dan IGD utama. Sekarang? Banyak dari bangunan aslinya masih berupa reruntuhan, sebuah pengingat pahit dari apa yang terjadi.
Namun begitu, upaya keras untuk bangkit terus berjalan. Ekspansi terbaru di dalam kompleks itu bukan sekadar membangun tembok. Mereka berhasil menghidupkan kembali layanan gawat darurat, membuka klinik rawat jalan, dan menyiapkan ruang perawatan untuk pasien yang harus menginap. Departemen-departemen baru ini punya tugas berat: menampung lonjakan pasien yang tak kunjung reda dan memastikan akses ke perawatan yang menyelamatkan nyawa tetap ada. Di tengah segala keterbatasan, itu adalah sebuah pencapaian.
Targetnya ambisius, tapi mendesak. Lewat kolaborasi dengan beberapa organisasi internasional, upaya sedang digenjot untuk memulihkan setidaknya sepertiga dari seluruh fasilitas Al-Shifa dalam waktu enam bulan ke depan. Sebuah pekerjaan yang hampir mustahil, mengingat kondisinya. Tapi di Gaza, harapan dan ketahanan seringkali adalah satu-satunya modal yang tersisa.
Lampu di Al-Shifa mungkin belum menyala sepenuhnya. Tapi denyutnya yang kembali terdengar, sekecil apa pun, adalah sebuah kemenangan.
Artikel Terkait
AJI Soroti Seruan Pejabat: Kritik Media Bukan Musuh, Tapi Jantung Demokrasi
Ketika Karung Beras, Cerutu, dan Tusuk Sate Bercerita Lebih Nyaring dari Pidato
Wakil Dubes Baru RI di Beijing Sodorkan Tiga Misi Utama
Kisah Cinta di Balik Meja: Ketika Sang Bos Dingin Luluh oleh Asistennya