Intinya, ia masih berupa usulan di atas kertas. Pemerintah Negeri Melaka berencana mempresentasikan hasil studi kelayakan yang rencananya dimulai Januari 2026 nanti kepada Majelis Perancang Fisik Nasional (MPFN) Malaysia. Dari sana, baru akan ditinjau lebih lanjut.
Dari segi dampak, proyek raksasa ini diharapkan bisa memberikan suntikan ekonomi yang signifikan bagi Melaka. Peluang kerja sama dengan Indonesia akan terbuka lebar. Bahkan, ada wacana untuk membangun kawasan industri baru di sekitar Masjid Tanah.
Menariknya, ide awal jembatan ini justru datang dari pihak swasta. Kabarnya, kedua negara pada prinsipnya sudah sepakat untuk melakukan studi yang lebih rinci. Konsep pembangunannya pun mengadopsi semangat “One Belt One Road”.
Namun begitu, di balik optimisme itu, ada juga suara-suara kritis yang mengemuka. Beberapa pemimpin politik dan pengamat mempertanyakan kelayakan fiskal proyek semegah ini. Mereka khawatir tentang dampak jangka panjangnya, baik dari sisi finansial maupun lingkungan. Pertanyaan-pertanyaan itu masih menggantung, menunggu jawaban dari hasil studi yang komprehensif.
Jadi, kesimpulannya cukup jelas. Ini adalah rencana jangka panjang yang masih butuh perjalanan panjang. Persetujuan final dari pemerintah pusat Malaysia dan Indonesia menjadi kunci utama sebelum groundbreaking bisa benar-benar dilakukan.
Artikel Terkait
Wakil Dubes Baru RI di Beijing Sodorkan Tiga Misi Utama
Kisah Cinta di Balik Meja: Ketika Sang Bos Dingin Luluh oleh Asistennya
Gempa 5,6 Magnitudo Guncang Maluku Utara, BMKG Pastikan Tak Berpotensi Tsunami
Tiga Jaksa di HSU Dicopot Usai Dijerat KPK dalam Kasus Pemerasan