Di sisi lain, ada tantangan lain yang mengintai: persoalan sampah. Pemkot sudah mengantisipasinya dengan mewajibkan setiap pihak, terutama swasta, bertanggung jawab penuh membongkar dekorasi usai perayaan. Soal bahan ramah lingkungan? Myrna mengakui itu masih jadi pekerjaan rumah, khususnya untuk hiasan luar ruang yang butuh material kuat dan tahan lama.
Pada akhirnya, semua upaya ini punya dampak berlapis. Selain menebar pesan kerukunan, dekorasi yang memikat mata itu diharapkan bisa menghidupkan sektor pariwisata dan ekonomi lokal. Pemkot memang punya workshop sendiri untuk kebutuhan dekorasi di kawasan pemerintahannya, tapi tujuan besarnya jelas: menghidupkan ruang publik.
“Upaya kita adalah menghidupkan suasana kota agar menjadi daya tarik wisata,” pungkas Myrna. Dengan begitu, kunjungan bisa meningkat, perdagangan masyarakat bergerak, dan nilai toleransi itu sendiri menjadi fondasi sekaligus magnet yang menggerakkan roda perekonomian.
Artikel Terkait
Komisioner KPU Badung Buang Sampah ke Got, Empat Gelar Penghargaan Dicabut
Ijazah Berbeda, Polda Dituding Main Kucing-kucingan di Tengah Malam
Amir Hamzah Desak Prabowo Ganti Tito, Dinilai Ancam Hubungan dengan Malaysia
Infak Jumat Berkumpul Rp80 Miliar, Solidaritas Muhammadiyah untuk Korban Banjir Sumatera