Gubernur yang akrab disapa Kang Dedi atau KDM ini tak sungkan menyentil pengelolaan lahan oleh PTPN. Ia menilai, kebijakan perusahaan itu justru jadi pangkal persoalan.
“Ini saya jujur saja. Penyebab rakyat berani itu karena PTPN-nya salah sejak awal,” ujarnya dalam dialog di lokasi.
“Karena tanah PTPN disewa-sewakan, rakyat jadi berani.”
Praktik penyewaan lahan itu, menurutnya, memicu alih fungsi besar-besaran dari tanaman tahunan ke sayuran. Dampaknya langsung: banjir di Bandung makin sering karena tanah kehilangan daya serapnya. Dedi geram melihat bangunan semi permanen dan tanaman sayuran masih ada di kawasan yang semestinya jadi area lindung.
“Saya enggak mau lagi di bawah itu ada bangunan-bangunan rucuk-rucuk, ada sayuran naik ke atas,” tegasnya.
Ia juga mengkritik sikap PTPN yang dianggapnya lalai di awal, baru minta bantuan saat konflik dan kerusakan sudah terjadi.
“Awalnya kelakuan PTPN juga. Setelah diserang rakyat, baru nangis-nangis enggak ada yang bantu. Ini harus dibenerin,” ujar Dedi.
Meski begitu, ia menegaskan posisinya tidak memihak. Fokusnya satu: kelestarian lingkungan Jabar harus diselamatkan.
Pengakuan dari PTPN
Menanggapi hal itu, Regional Head PTPN I Regional 2, Desmanto, mengakui ada masalah serius. Total lahan mereka di wilayahnya hampir 6.000 hektare. Yang mengkhawatirkan, sekitar 1.500 hektare di antaranya sudah beralih fungsi jadi lahan sayur.
“Alih fungsi ini menyebabkan run off tinggi dan pendangkalan sungai,” kata Desmanto.
“Dampaknya besar terhadap potensi bencana. Kalau sudah terjadi bencana, biayanya akan jauh lebih besar dibandingkan pemulihan sekarang.”
Dari luas lahan yang beralih fungsi itu, sebagian besar ternyata garapan murni tanpa kerja sama resmi. Kerja sama legal hanya sekitar 40 hektare saja, dan itu pun sekarang sudah dihentikan seluruhnya.
“Seluruh kerja sama sudah kami hentikan,” pungkasnya.
“Semua lahan dikembalikan ke tanaman perkebunan seperti teh dan kopi yang bersifat tahunan agar fungsi konservasi bisa pulih seperti semula.”
Artikel Terkait
Gelar Berguguran, Janji Pendidikan Tinggi Retak di Ujung Karier
Israel Perintahkan Pembongkaran Ratusan Rumah di Kamp Pengungsi Nur Shams
Pembela Nadiem Bantah Keterkaitan Rp809 Miliar dengan Kasus Chromebook
Warisan Beracun: Bagaimana Kebijakan Satu Anak Tiongkok Melahirkan Stigma Perempuan Sisa