Respons warganet pun beragam. Banyak yang memuji langkah solutifnya.
Namun, di sisi lain, ada juga yang menyoroti fenomena ini sebagai cermin ketidakadaan negara.
Tak hanya cabe, ada juga yang mengingatkan potensi komoditas lain dari daerah itu.
Aksi Ferry ini, mau tak mau, menyisakan pertanyaan. Di satu sisi, ia hadir sebagai solusi cepat di tengah vakumnya bantuan sistemik. Di sisi lain, aksi individu seperti ini seharusnya tidak perlu terjadi jika mekanisme penanganan bencana berjalan optimal. Tapi ya, itulah realitanya. Saat banjir datang, yang muncul justru 'Si Paling Aceh' dengan segudang ide dan tenaganya.
Artikel Terkait
Ibu-Ibu Kudus Giat Pilah Sampah, Dimulai dari Demo Masak Seru
JK Soroti Tiga Fase Pemulihan Usai Banjir Bandang Tapteng
Ijazah Jokowi Tak Kunjung Redup, Pengamat Heran Isu Strategis Terabaikan
Prabowo Turun Langsung ke Agam, Beri Semangat bagi Korban Banjir dan Longsor