Narasi duka ini bermula dari sebuah perayaan. Insiden mengerikan itu justru terjadi di tengah keramaian perayaan Hanukkah di pantai terkenal Sydney tersebut. Suasana sukacita berubah jadi mimpi buruk dalam sekejap.
Polisi Australia kemudian mengungkap identitas pelaku. Ada dua orang, terduga ayah dan anak berusia 50 dan 24 tahun. Sang ayah, pelaku berusia 50 tahun, dilaporkan tewas di tempat kejadian. Sementara anaknya, yang berusia 24 tahun, sempat dalam kondisi kritis sebelum akhirnya mulai menunjukkan tanda-tanda stabil.
Yang bikin geram, salah satu dari mereka ternyata punya izin legal untuk memiliki senjata. Bahkan, tidak cuma satu. Polisi mengonfirmasi pelaku mengantongi izin kepemilikan untuk enam senjata berbeda. Dan senjata-senjata itulah yang diduga kuat dipakai dalam aksi brutal di Bondi.
Fakta ini langsung memantik reaksi keras dari pucuk pimpinan Australia. Perdana Menteri Anthony Albanese lantas bersuara. Ia menegaskan Australia butuh undang-undang senjata api yang jauh lebih ketat. Salah satu poin penting yang ia soroti adalah perlunya pembatasan jumlah senjata yang boleh dimiliki oleh satu individu.
Jelas, peristiwa ini bukan sekadar statistik. Ini adalah tragedi kemanusiaan yang mengguncang dua negara bertetangga.
Artikel Terkait
Dilraba dan Arthur Chen Bersatu dalam Love Beyond the Grave, Kisah Cinta Guru Spiritual dan Jenderal Misterius
Mahasiswa UWKS Dijatuhi DO dan Ditangkap Polisi Usai Unggah Konten Rasis
Danantara Garap Hotel dan Lahan Strategis di Dekat Masjidil Haram
Sidang Perdana Nadiem Cs: Kasus Chromebook Rp2,1 Triliun Dibuka