Ini jelas sebuah konsesi. Selama bertahun-tahun, Kyiv mendorong keanggotaan NATO sebagai tameng terkuat melawan ancaman Rusia. Kini, mereka bersedia mempertimbangkan jalan lain. Perubahan signifikan, tentu saja. Apalagi bagi Moskow yang selalu memandang perluasan NATO sebagai ancaman eksistensial.
Di sisi lain, meski langkah Zelensky seolah sejalan dengan salah satu tujuan perang Rusia mencegah ekspansi NATO ke Ukraina Kyiv sama sekali tidak melunak soal kedaulatan wilayah. Mereka tetap menolak menyerahkan satu jengkal pun tanah mereka.
Di tengah para diplomat yang berkumpul membahas konflik paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia II ini, Zelensky punya tuntutan jelas. Ia menginginkan perdamaian yang “bermartabat”, dibarengi jaminan kuat bahwa Rusia tidak akan mengulangi serangannya di masa depan.
Namun begitu, jalan menuju sana masih panjang. Zelensky sendiri menuduh Moskow sengaja memperpanjang perang. Caranya? Dengan serangan berkelanjutan yang menghantam kota-kota Ukraina dan infrastruktur vitalnya. Situasinya rumit, dan kompromi yang satu ini baru langkah pertama.
Artikel Terkait
Netanyahu Ubah Kisah Pahlawan Muslim di Bondi Jadi Pahlawan Yahudi
Di Tengah Hiruk-Pikuk Zaman, Islam Mengajak Kita Menemukan Hikmah dalam Keheningan
Tim KPK Usut Dugaan Korupsi Kuota Haji, Periksa Lokasi di Mina
Di Balik Gerobak Bakso Pangandaran: Kisah Nelayan yang Bertahan di Tepian