Namun, ada satu sosok yang absen dan justru menjadi pusat perbincangan: Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya.
Menurut sejumlah saksi, dirinya memang tak terlihat sejak awal. Dan ternyata, jauh sebelum rapat dimulai, Gus Yahya sudah menyatakan sikap. Ia menegaskan tak akan hadir dan mempertanyakan legalitas pleno tersebut. Baginya, rapat yang membahas pemilihan ketua umum itu tak lebih dari manuver politik internal belaka.
"Itu kan manuver," ujar Gus Yahya dengan nada tegas dari Kantor PBNU di Kramat Raya. "Seperti saya bilang sejak awal, secara de jure maupun de facto, saya masih tetap dalam kedudukan saya sebagai Ketua Umum Tanfidziyah PBNU."
Pernyataannya ini punya dasar. Gus Yahya terpilih secara resmi pada Muktamar NU di Lampung akhir 2021. Namun, posisinya mulai goyah setelah muncul risalah rapat Syuriyah PBNU pada 20 November lalu yang mendesak mundurnya. Situasi makin runyam ketika Rais Aam PBNU, Miftachul Akhyar, mengeluarkan pernyataan tegas di PWNU Jatim akhir November. Ia menyatakan bahwa sejak 26 November 2025 dini hari, Gus Yahya tak lagi berstatus sebagai ketua umum.
Jadi, meski rapat pleno telah memutuskan penunjukan pj ketua umum, gema klaim dari dua kubu masih terus bergaung. Persoalan ini, seperti kata Nasaruddin, memang diserahkan sepenuhnya pada mekanisme internal NU. Pemerintah memilih untuk menonton dari pinggir lapangan.
Artikel Terkait
Rekonstruksi Tertutup Ungkap 13 Adegan Kasus Dosen vs Dokter di RS Sultan Agung
Kudeta Merangkak: Skenario Panjang Jokowi-Gibran dan Ujian Terberat Prabowo
Kebakaran Jakarta Renggut Nyawa Alumni Terbaik Teknik Geofisika Itera
Pesan Pamitan Ervina di Balik Kobaran Api Kemayoran