Amicus Curiae dan Kisah Keluarga: Sidang Laras Faizati dan Polemik UU ITE

- Selasa, 09 Desember 2025 | 00:18 WIB
Amicus Curiae dan Kisah Keluarga: Sidang Laras Faizati dan Polemik UU ITE

Kehidupan Keluarga yang Terhenti

Persidangan hari itu juga menghadirkan kesaksian mengharukan dari Dalila, teman dekat Laras. Dalila menggambarkan Laras sebagai pribadi baik dan ekspresif. Tapi lebih dari itu, dia adalah tulang punggung keluarganya.

Sebagai anak pertama dari dua bersaudara, tanggung jawabnya berat. Apalagi sang ayah sudah meninggal. Pekerjaan Laras selama ini jadi satu-satunya penopang hidup ibu dan adiknya.

"Selama dia bekerja itu apakah dia yang menanggung kehidupan keluarga?" tanya pengacara Laras.

"Kalau dibilang iya," jawab Dalila.

"Karena saat ini bapaknya Laras juga sudah meninggal. Dan ibunya Laras juga sendiri. Jadi... dan itu Laras kan juga anak pertama, dan bisa dibilang mungkin termasuk tulang punggung keluarga. Jadi dengan Laras bekerja ini juga termasuk dalam kontribusi keluarga lah gitu."

Sejak Laras ditangkap, roda kehidupan keluarga itu macet total. Adiknya yang masih muda kini terpaksa memikul beban yang seharusnya bukan tanggungjawabnya.

Awal Masalah: Sebuah Unggahan di Media Sosial

Semua berawal dari sebuah unggahan di media sosial. Bareskrim Polri menetapkan Laras sebagai tersangka karena foto yang dianggap provokatif. Foto selfie itu menunjukkan Laras menunjuk ke arah gedung Mabes Polri, diambil dari lantai 5 Kantor ASEAN.

Captionnya dalam bahasa Inggris kurang lebih berbunyi: "Markas Besar Polri... Tolong bakar gedung ini dan tangkap mereka semua. Aku harap bisa membantu melempar batu tapi ibuku menyuruhku pulang. Semangat untuk semua demonstran!!"

Unggahan itu adalah respons spontan Laras atas tewasnya ojol Affan Kurniawan, yang dilindas kendaraan taktis Brimob dalam sebuah unjuk rasa pada Agustus lalu. Atas postingan itu, Laras kini dijerat dengan tumpukan pasal: dari UU ITE hingga KUHP tentang penghasutan.

Belakangan, makin banyak suara yang menilai proses hukum ini terkesan dipaksakan. Desakan untuk membebaskan Laras tidak hanya datang dari aktivis, tapi juga dari lembaga seperti Komisi Percepatan Reformasi Polri. Mereka semua menunggu, apakah pengadilan akan mendengarkan.


Halaman:

Komentar