Tanah masih becek, sisa-sisa lumpur yang mengering menempel di mana-mana. Di tengah suasana itu, Presiden Prabowo Subianto menyapa para korban banjir dan longsor di Aceh. Ada genggaman tangan yang bergetar, ada pula pelukan spontan dari warga yang baru saja kehilangan segalanya. Momen-momen haru itu terekam jelas, Minggu (7/12) lalu.
Kunjungannya ke pos pengungsian di Bireuen seperti membawa dua sisi sekaligus: kegetiran yang terpampang nyata, tapi juga kehangatan yang tulus. Bagi para penyintas, kehadiran itu setidaknya memberi secercah harapan untuk bangkit kembali.
Curhat Emak-emak dan Cium Kening Bocah
Di Posko Kampoeng Pante Baro, Kabupaten Bireuen, Prabowo lebih dulu meninjau dapur umum. Lalu, langkahnya berlanjut ke tenda-tenda pengungsian. Begitu masuk, perhatiannya langsung tertuju pada seorang anak kecil yang digendong ibunya. Tanpa banyak bicara, dia mencium kening bocah itu.
Di sana pula, dia didatangi ibu-ibu yang ingin mencurahkan isi hati. Suara mereka tercekat, mata berkaca-kaca.
"Sudah diambil sungai, Pak, rumah saya. Tidak ada lagi," ujar seorang ibu sambil menahan tangis.
Prabowo tampak menyimak. Dia mendengarkan satu per satu, sementara warga lain antusias berebutan bersalaman dengannya.
Cicip Makanan di Dapur Umum
Kembali ke area dapur, beberapa relawan wanita sedang sibuk membungkus nasi dan lauk ke dalam kertas nasi. Prabowo mendekat, penasaran.
"Apa ini lauknya?" tanyanya.
"Ikan tongkol, Pak," jawab salah seorang ibu.
Artikel Terkait
Banjir Sumatera Terlupakan, Sementara Bencana Lain Ditetapkan
Gaji Guru Bireuen Belum Cair, Diduga Dialihkan untuk Tangani Banjir
Made Supriatma Geleng-geleng: Penguasa Tak Kompeten, Hanya Andalkan Macak di Medsos
Wali Kota Pekanbaru Ikut Kursus Lemhannas, Wakil Wali Kota Ditunjuk Plt