Menurut Nirmala, antusiasme anak-anak itu sangat tinggi. “Mereka aktif banget, banyak yang bertanya dan berani mencoba langsung. Padahal ini materi yang baru buat mereka,” tutur mahasiswa angkatan 2023 asal Madiun itu.
Di sisi lain, kegiatan ini bukan cuma sekadar edukasi lingkungan. Ada nilai lebih yang coba ditanamkan, yaitu jiwa kewirausahaan. Para siswa diajak berpikir, sampah yang sering dianggap remeh ternyata bisa disulap jadi barang bernilai jual. Misalnya, lilin aromaterapi dari jelantah ini.
“Harapannya sih, kepekaan mereka terhadap lingkungan sekitar meningkat. Mereka jadi lebih kreatif memandang ‘sampah’, tidak langsung membuangnya,” jelas Nirmala.
Program seperti ini sejalan dengan komitmen ITS dalam mendorong pembangunan berkelanjutan. Dengan menyasar generasi muda sejak dini, kampanye lingkungan bersih dan konsumsi yang bertanggung jawab diharapkan bisa tertanam kuat. Pada akhirnya, langkah kecil seperti mengolah jelantah ini turut menyumbang tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs, khususnya di poin ke-12.
Artikel Terkait
Prabowo Terjun Langsung ke Aceh, Tinjau Kerusakan Pascabencana
Banjir Bandang Sumatera: Bencana Alam atau Kejahatan Terstruktur?
Ustadz Abduh Negara Soroti Fungsi Pemerintah: Kalau Semua Dikerjakan Rakyat, Lalu Apa Tugas Pemimpin?
Semangat Inklusif Warnai CFD, Peserta Disabilitas Serahkan Bantuan untuk Korban Bencana