Yang juga memprihatinkan adalah kerusakan massal yang terjadi. Menurut laporan BNPB, lebih dari 121.500 rumah warga di 51 kabupaten rusak, entah itu ringan, berat, atau bahkan hancur sama sekali. Bayangkan saja, ratusan ribu keluarga tiba-tiba kehilangan tempat tinggal dan terpaksa mengungsi, mengandalkan bantuan untuk bertahan hidup.
Infrastruktur publik pun tak luput dari amukan alam. Sekitar 1.100 fasilitas umum rusak atau tidak bisa berfungsi. Rinciannya mencengangkan: 270 fasilitas kesehatan, 338 rumah ibadah, 221 gedung perkantoran, dan 405 jembatan. Kerusakan jembatan ini, misalnya, benar-benar memutus akses logistik dan memperparah kondisi pengungsian.
Di sisi lain, masa depan pendidikan anak-anak di wilayah bencana juga terancam. Proses belajar-mengajar praktis terhenti karena sedikitnya 509 sekolah dan fasilitas pendidikan lainnya rusak parah. Bukan cuma buku yang basah, tapi juga harapan untuk segera kembali ke normalitas.
Pemandangan di lokasi bencana sungguh suram. Reruntuhan rumah, jalan yang terbelah, dan wajah-wajah lelah para pengungsi menggambarkan betapa dahsyatnya musibah ini. Upaya pencarian dan evakuasi masih terus dilakukan, meski medan yang berat dan cuaca yang tak menentu seringkali menjadi kendala serius bagi tim SAR.
Artikel Terkait
Lumpur dan Kayu Tumbang, Akses ke Desa Tanjung Karang Masih Terkubur
Gempa Magnitudo 5,3 Guncang Halmahera Barat, BMKG Pastikan Tak Ada Tsunami
Prabowo Soroti 50 Helikopter Tangani Bencana dan Capaian 49 Juta Porsi Makan Gratis di HUT Golkar
Banjir Bandung Melanda, Gubernur Malah Dikecam karena Ditinggalkan