Kalau kita telusuri sejarahnya, Bank Rakyat Indonesia atau BRI punya cerita yang cukup unik. Lahir bukan dari ruang rapat mewah, melainkan dari sebuah kebutuhan yang sangat manusiawi: tolong-menolong. Misi awalnya sederhana, menjadi bank untuk rakyat. Itu sudah tertanam sejak awal.
Semuanya berawal di Purwokerto, tepatnya pada 16 Desember 1895. Sosok di baliknya adalah seorang Patih bernama Raden Aria Wirjaatmadja. Beliau ini dikenal baik hati. Konon, sebelum lembaga resmi berdiri, beliau sudah sering membantu orang-orang dengan dananya sendiri. Kabar tentang uluran tangannya itu menyebar cepat, bikin banyak orang akhirnya datang meminta bantuan.
Namun begitu, permintaan yang terus mengalir deras akhirnya bikin dana pribadi Raden Aria Wirjaatmadja tak lagi mencukupi. Situasi ini mendorongnya untuk berdiskusi dengan beberapa orang kepercayaannya, seperti Atma Sapradja, Atma Soeberata, dan Djaja Soemitra. Mereka perlu mencari solusi.
Dari situ, muncul sebuah ide yang cukup berani: memanfaatkan kas Masjid Purwokerto. Gagasan ini ternyata mendapat dukungan. Kiai Mohammad Redja Soepena selaku Penghulu masjid setuju, dan Asisten Residen E. Sieburgh pun memberikan lampu hijau. Mereka melihat tujuannya mulia dan yakin dana itu akan kembali.
Sieburgh bahkan menyarankan agar dibentuk komisi pengelola khusus yang dipimpin langsung oleh Raden Aria Wirjaatmadja. Sayangnya, antusiasme ini harus terpental oleh aturan pemerintah Hindia Belanda yang melarang penggunaan dana masjid untuk hal di luar ibadah.
Artikel Terkait
Panglima TNI Serahkan Kunci Hunian Modern untuk 48 Keluarga Prajurit
Pekerja Asing Diciduk Bawa Serbuk Nikel dari Bandara Khusus Weda Bay
Modus Air Mineral, 600 Liter Cap Tikus Digagalkan di Pelabuhan Manado
Debt Collector Culik Ibu dan Balita Gara-gara Tunggakan Motor