Di tengah hamparan puing dan debu, Kota Hamad di Khan Younis menyaksikan sebuah pemandangan yang jarang terlihat. Selasa lalu, puluhan pasangan Palestina justru merayakan cinta. Mereka mengikuti sebuah upacara pernikahan massal, sebuah upacara yang terasa begitu kontras dengan latar belakangnya.
Tak tanggung-tanggung, ada 54 pasangan pengantin yang berpartisipasi. Para mempelai pria tampil rapi dengan setelan jas, sementara para pengantin wanita memancarkan keanggunan dengan busana tradisional bercorak khas Palestina. Warna-warna cerah dari kain mereka seperti melawan kesuraman reruntuhan di sekelilingnya.
Menurut sejumlah saksi, momen yang paling mengharukan adalah ketika mereka semua mulai berjalan. Bergandengan tangan, para pasangan baru ini melangkah bersama, melewati sisa-sisa bangunan yang hancur di Gaza selatan. Langkah mereka bukan di atas karpet merah, tapi di atas jalan yang penuh dengan bekas-bekas perang.
Ini benar-benar momen langka. Bayangkan, setelah dua tahun penuh derita kehancuran yang tiada henti, duka akibat kematian, dan konflik yang seolah tak berujung akhirnya ada secercah kebahagiaan yang muncul. Pernikahan massal ini lebih dari sekadar seremonial; ia adalah pernyataan hidup, sebuah tekad untuk terus maju meski segalanya serba sulit.
Namun begitu, nuansa sukacita itu tetap dibayangi oleh realitas yang pahit. Upacara yang penuh makna ini berlangsung di sebuah tempat yang masih menyisakan luka yang sangat dalam. Ia menjadi pengingat yang kuat tentang ketahanan jiwa manusia, bahkan di saat-saat tergelap sekalipun.
Artikel Terkait
Jalur Darat ke Aceh Tamiang Akhirnya Tersambung, Bantuan Mulai Mengalir
Video Viral Tarif Parkir, Dua Jukir Liar di Surabaya Diciduk Polisi
Israel Buka Kembali Perbatasan Rafah, Warga Gaza Diizinkan Keluar ke Mesir
Dendam Sewa Kos Berujung Maut di Wirobrajan