Memuliakan Guru: Kewajiban Sepanjang Masa, Bukan Hanya Seremonial

- Senin, 24 November 2025 | 18:25 WIB
Memuliakan Guru: Kewajiban Sepanjang Masa, Bukan Hanya Seremonial

Bayangkan seorang guru seperti petani kehidupan. Dengan sabar, mereka menanam benih kebaikan di hati setiap murid. Lalu menyiraminya dengan nasihat, merawatnya dengan bimbingan, hingga akhirnya tunas-tuas akhlak dan wawasan itu tumbuh subur. Tanpa mereka, kita bisa tersesat, bingung membedakan mana jalan yang benar dan mana yang keliru. Mereka adalah lentera di kegelapan.

Menghormati guru adalah bagian tak terpisahkan dari adab menuntut ilmu. Ada cerita tentang Imam Syafi’i yang sangat terkenal. Konon, beliau membalik lembaran kitab di hadapan gurunya dengan sangat hati-hati. Semua itu dilakukan agar tidak menimbulkan suara berisik yang mungkin mengganggu sang guru. Ini cuma satu contoh kecil. Intinya, para ulama dulu paham betul. Siapa yang meremehkan gurunya, jangan harap ilmunya berkah.

Lalu, bagaimana caranya menghormati guru? Beberapa hal yang diajarkan para ulama antara lain: perlakukan mereka dengan hormat layaknya orang tua sendiri, dengarkan baik-baik setiap nasihatnya, panjatkan doa untuk kebaikan mereka, dan yang terpenting amalkan ilmunya. Dengan mengamalkan ilmu yang diajarkan, itulah bentuk terima kasih tertinggi yang bisa kita berikan.

Namun begitu, tantangan yang dihadapi guru zaman sekarang jauh lebih berat. Teknologi berkembang pesat, pola pikir anak muda berubah, informasi membanjir, sementara problem moral kian ruwet. Di tengah semua itu, mereka tetap bertahan. Dengan kesabaran yang seolah tak ada habisnya, mereka terus memberikan keteladanan dan berusaha menanamkan nilai-nilai kebaikan.

Jadi, di Hari Guru ini, mari kita renungkan lagi. Betapa besar jasa mereka dalam membentuk hidup kita. Seperti ajaran Islam, mari kita pahami bahwa memuliakan guru adalah kewajiban sepanjang hayat, bukan cuma seremonial satu hari. Selamat Hari Guru! Semoga Allah selalu memberkahi setiap langkah dan tetesan keringat para pendidik kita.

"Alumni STISHK Kuningan, Jawa Barat.


Halaman:

Komentar