Di kawasan latihan Brimob Cikeas, Kabupaten Bogor, suasana pagi itu tampak berbeda. Polri baru saja menggelar Apel Kasatwil 2025 pada Senin (24/11), sebuah acara yang menarik perhatian karena kehadiran tamu khusus: Kepolisian Hong Kong.
Kehadiran mereka bukan tanpa alasan. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan, pihaknya sengaja mengundang rekanan dari Hong Kong untuk mempelajari berbagai model penanganan unjuk rasa. "Kita ingin mencari model-model untuk penanganan aksi, khususnya terkait dengan kebebasan mengeluarkan pendapat," ujar Sigit.
Rupanya, ada perubahan signifikan dalam pendekatan Polri. Dari yang sebelumnya berfokus pada 'menjaga', kini bergeser menjadi 'melayani'. Perubahan tagline ini bukan sekadar jargon.
"Tagline kita juga kita ubah dari yang awalnya menjaga menjadi melayani," tegas Sigit.
Menurutnya, sejak pemberitahuan aksi diterima, Polri harus hadir untuk memfasilitasi. "Artinya terhadap saudara-saudara kita yang ingin menyampaikan pendapat di muka umum, maka peran Polri memberikan pelayanan semenjak mulai dari diberitahukan."
Di sisi lain, Polri juga punya concern lain. Mereka ingin memastikan komunikasi antara peserta aksi dan institusi terkait berjalan efektif. Tujuannya jelas: agar penyampaian pendapat tidak terdistorsi atau malah ditunggangi pihak tertentu.
Artikel Terkait
Kisah Pilu Alvaro: Dendam Ayah Tiri yang Berujung Petaka
Misteri Posisi Rais Aam: Pemimpin Tertinggi atau Sekadar Simbol di Tubuh NU?
Tilang Anjlok 86%, Operasi Zebra DIY Beralih ke Pendekatan Humanis
Gus Zulfa Diusulkan Jadi Penjabat Ketum PBNU, Ini Enam Alasannya