Kita sering mendengar tentang tiga jenis kecerdasan: IQ, EQ, dan SQ. IQ dan EQ memang bisa diukur dengan berbagai tes. Tapi bagaimana dengan kecerdasan spiritual? Sampai sekarang, belum ada alat yang benar-benar bisa mengukurnya dengan pasti.
Nah, pertanyaannya, bagaimana caranya membangun ketiga aspek kecerdasan itu pada anak?
Mungkin kita bisa belajar dari sejarah. Ambil contoh Umar bin Khattab. Kisah hidupnya menunjukkan betapa luar biasanya potensi manusia ketika kecerdasannya diarahkan dengan benar.
Sejak muda, Umar sudah dipercaya mewakili sukunya, Bani Adiy, dalam pertemuan-pertemuan penting para pembesar Quraisy. Gagasannya sering kali diterima dan menjadi solusi. Ia memang cerdas, tak bisa dipungkiri.
Namun begitu, ketika Islam mulai menyebar, reaksinya justru keras. Ia benci. Baginya, agama baru ini memecah-belah. Memisahkan keluarga. Menciptakan kekacauan di Mekkah. Karena itu, dengan penuh amarah, ia menyiksa orang-orang yang memeluk Islam.
Hidayah pun datang di tahun keenam kenabian, lewat doa Rasulullah. Umar akhirnya masuk Islam.
Meski telat dibanding sahabat lain, posisinya melesat cepat. Ia menjadi salah satu laki-laki yang paling dicintai Rasulullah setelah Abu Bakar. Bahkan, ia berhasil menyalip banyak sahabat yang lebih dulu memeluk Islam.
Tak berhenti di situ. Setelah wafatnya Abu Bakar, Umar menjadi khalifah kedua. Di bawah kepemimpinannya, Islam menyebar begitu luas sampai ke Persia, imperium besar yang sebelumnya tak tertandingi oleh bangsa Arab.
Artikel Terkait
Setelah 21 Tahun Hilang, Pekerja Migran dari Temanggung Ditemukan dalam Kondisi Disiksa
Serangan Israel Tewaskan Komandan Senior Hizbullah di Pinggiran Beirut
Rupiah Dipangkas Tiga Nol: Antara Efisiensi dan Ujian Kepercayaan Publik
Semarang Siap Gelar Ajang Bergengsi CSRINDONESIA AWARDS 2025, Wujudkan Strategi Keberlanjutan Perusahaan