Kehidupan yang Tumbuh di Antara Nisan: Kisah Warga Kober yang Tak Ingin Tinggalkan Rumah Mereka

- Minggu, 23 November 2025 | 15:00 WIB
Kehidupan yang Tumbuh di Antara Nisan: Kisah Warga Kober yang Tak Ingin Tinggalkan Rumah Mereka

Di TPU Kober, Jatinegara, pemandangannya memang tak biasa. Di antara barisan nisan yang rapat, anak-anak justru terlihat berlarian di jalan setapak. Ibu-ibu sibuk menjemur pakaian, sementara suara ayam dan kucing sesekali bersahutan. Intinya, kehidupan di sini berdenyut layaknya kampung pada umumnya.

Bagi banyak orang, bayangan tinggal di tengah kuburan mungkin menyeramkan. Tapi coba tanyakan pada warga yang sudah puluhan tahun menetap di sini. Bagi mereka, Kober justru adalah 'rumah' yang memberikan rasa aman dan nyaman, bukan ketakutan.

Husna (47) adalah salah satu yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya di sini. Keluarganya pindah ke Kober pada 1980-an, setelah digusur dari Perumpung karena pembangunan jalan layang. "Lahir di Prumpung, pindah ke sini RT 1 RW 9 karena nyaman aja," kenangnya suatu hari di akhir November.

Sejak saat itu, pindah dari Kober sama sekali tak terpikirkan.

"Udah nyaman di sini," ujarnya singkat.

Rumahnya dihuni oleh tiga keluarga sekaligus orang tua, saudara, dan keluarga adiknya. Total dua belas orang hidup bersama di bawah satu atap. Mereka menjalani hari-hari dengan tenang, meski kadang mendapat pandangan miring dari orang luar.

"Orang lihat sisi gelapnya, 'Wah ini orang enggak bener'. Banyaklah. Sisi baiknya kan kita sendiri yang jalanin," ungkap Husna. Baginya, hidup di dekat area pemakaman adalah hal yang biasa saja. Bahkan, ia merasa lebih betah. "Nyaman aja. Enggak ada rasa ngeri. Biasa aja. Dibandingkan tinggal di kompleks mah mending di sini," ucapnya sambil tertawa kecil.

Di sisi lain, fasilitas hidup mereka sebenarnya cukup terorganisir. Warga membayar Pajak Bumi dan Bangunan, punya listrik mandiri, dan sumber air yang dikelola bersama.


Halaman:

Komentar