Masalah lain muncul lagi di dekat Sarinah. Selain karena banyak kendaraan yang masuk dan keluar area perbelanjaan, ada juga proyek pembangunan jalan yang mempersempit jalur. Alhasil, kendaraan harus antre lebih lama dan suasana jadi makin semrawut.
Di tengah kemacetan itu, ada fenomena yang cukup mengkhawatirkan. Banyak pengendara motor terlihat tanpa helm dan menggunakan knalpot racing. Mereka dengan mudahnya meliuk di antara celah-celah mobil, terutama di titik-titik yang macetnya paling parah.
Sementara di atas trotoar, kehidupan malam justru menemukan ritmenya. Dari area Sarinah sampai ke Patung Kuda, penjual kopi keliling berjejer menawarkan dagangan. Beberapa motor diparkir sembarangan di pinggir, seolah trotoar telah berubah fungsi menjadi tempat nongkrong dadakan.
Pada akhirnya, malam minggu di jantung ibu kota tetap tak kehilangan daya tariknya. Jalan Sudirman-Thamrin masih menjadi magnet bagi kendaraan dan warga yang ingin merasakan denyut nadi Jakarta yang tak pernah benar-benar berhenti.
Artikel Terkait
Vonis Mati 17 Warga Yaman: Mata-Mata Israel hingga AS Dibongkar
Pencarian Dua Korban Longsor Cilacap Berakhir dengan Tabur Bunga dan Keikhlasan
Prabowo dan Starmer Sepakati Kemitraan Strategis, Siapkan 10.000 Beasiswa untuk Indonesia
Gibran Soroti Ketahanan Pangan dan Resep Indonesia di Tengah Krisis Global