Sabtu (22/11) lalu, suasana di Jembatan Besuk Kobokan, Candipuro, Lumajang, terasa jauh dari normal. Di sana, sejumlah petugas terlihat berjaga. Mereka bukan sekadar berdiri. Dengan cermat, mereka mulai menyemprotkan air ke jalanan dan kaca mobil yang melintas, berusaha membersihkan material vulkanik sisa amukan Gunung Semeru yang menutupi segalanya.
Lapisan abu itu membuat pemandangan sekitar tampak suram dan berdebu. Menurut laporan Antara, Pemerintah Kabupaten Lumajang ternyata sudah menyiagakan tim gabungan. Tujuannya jelas: memberikan rasa aman bagi para pengendara yang masih harus melintasi kawasan berisiko itu.
Langkah ini diambil bukan tanpa alasan. Di sisi lain, ancaman hujan abu dan potensi letusan sekunder dari aktivitas erupsi Semeru masih terus membayangi.
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah bergerak lebih dulu. Mereka menetapkan status tanggap darurat untuk kawasan Lumajang. Status ini berlaku selama tujuh hari, mulai 19 November hingga 26 November 2025. Keputusan itu seperti pengakuan resmi akan situasi genting yang sedang dihadapi warga setempat.
Artikel Terkait
Tol Semarang Berduka: Truk Tronton Ngamuk, 2 Tewas dalam Tabrakan Beruntun
Warga Kuasai Pos Tesso Nilo, Protes Jawaban Satgas yang Dianggap Tak Jelas
Dunia Maya Indonesia: Antara Senyum Ramah dan Cacian di Kolom Komentar
Etanol untuk BBM E10: Perlombaan Waktu yang Tak Boleh Gagal