Nah, dengan Sosrobahu, pier head dicor sejajar jalan dulu, baru kemudian diputar ke posisi akhir setelah betonnya kuat. Di proyek ini, beban pier head bisa mencapai 720 ton! Proses pemutarannya dilakukan dengan menyambungkan pier head ke crane 25 ton pakai tali baja, lalu ditarik pakai sistem winch sampai dapat sudut yang diinginkan. Yang mengejutkan, proses putarnya cuma butuh 15–20 menit.
“Kita kerjainnya malam hari. Soalnya, yang kita khawatirkan itu keramaian lalu lintas. Jogja ini agak unik—jam padatnya ada tiga: pagi, siang, dan sore,” tutur Gibran. Ia juga bilang, selain efisiensi, faktor keamanan jadi alasan utama—menghindari material jatuh yang bisa membahayakan pengendara.
Total, ada 22 pier head di proyek ini. Sebanyak 11 titik yang melintas Ringroad Utara diputar pakai Sosrobahu, sisanya dipasang secara konvensional.
Dari Karya Lokal Hingga Mendunia
Sosrobahu ternyata buah pemikiran insinyur dalam negeri, lho. Ditemukan oleh Ir. Tjokorda Raka Sukawati pada 1988, teknologi ini lahir dari kebutuhan membangun jalan layang di Jakarta tanpa tutup arus kendaraan di bawah. Awalnya namanya Landasan Putar Bebas Hambatan (LPBH), tapi kemudian Presiden Soeharto yang memberi nama “Sosrobahu”—terinspirasi dari tokoh pewayangan Arjuna Sasrabahu yang punya seribu lengan dan mampu memutar dunia.
LPBH pertama kali dipakai di jalan layang Jenderal Ahmad Yani dan ruas Cawang–Tanjung Priok. Kini, teknologi ini tak cuma populer di dalam negeri, tapi juga dipakai di luar. “Setahu saya dari obrolan dengan teknisi Sosrobahu, sekarang banyak dipakai di Filipina. Lagi laris di sana,” ujar Gibran. Filipina bahkan sudah menerapkannya di hampir 300 titik jalan layang.
Di Jogja sendiri, Sosrobahu pernah dipakai untuk Flyover Janti, meski dimensinya jauh lebih kecil. Kini, lisensi resminya dipegang PT Citra Angkasa Persada.
Artikel Terkait
Setelah 20 Tahun Terendam, Karangligar Akhirnya Dapat Solusi Rp 400 Miliar
Jatim Siaga 10 Hari, Cuaca Ekstrem Ancam 30 Wilayah
Setelah 9 Jam Diperiksa, Halim Kalla Keluar dari Bareskrim Terkait Kasus Korupsi PLTU Kalbar
Kekurangan Ahli Gizi untuk Program Makan Gratis Dijawab dengan Kolaborasi