Mengungkap Stigma PNS Harus Ngangguk: Warisan Monoloyalitas Orde Baru & Dampaknya

- Senin, 17 November 2025 | 15:06 WIB
Mengungkap Stigma PNS Harus Ngangguk: Warisan Monoloyalitas Orde Baru & Dampaknya

Era Reformasi membawa perubahan signifikan. Doktrin monoloyalitas secara resmi dihapus, dan Golkar berubah menjadi partai politik murni. Undang-Undang Aparatur Sipil Negara (ASN) mewajibkan netralitas politik PNS.

Namun, mengubah regulasi ternyata lebih mudah daripada mengubah budaya yang telah mengakar selama puluhan tahun. Mentalitas patuh dan taat masih menjadi karakteristik dominan dalam birokrasi Indonesia.

Regulasi Kontemporer dan Tantangan Netralitas

Peraturan Pemerintah tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil masih menekankan kewajiban PNS untuk setia dan taat kepada pemerintah. Mekanisme penyampaian kritik atau informasi yang merugikan diatur melalui prosedur berjenjang kepada atasan.

Struktur birokrasi dan aturan disiplin yang menekankan hierarki dan ketaatan turut melestarikan mentalitas "ngangguk". Meski monoloyalitas politik telah berakhir, budaya patuh pada pimpinan tetap menjadi tuntutan praktis.

Merekonstruksi Peran PNS sebagai Pelayan Publik

Penting untuk memahami bahwa gaji PNS bersumber dari uang rakyat melalui APBN dan APBD, yang didanai dari pajak dan penerimaan negara lainnya. Esensi PNS seharusnya adalah pelayan publik yang bertanggung jawab kepada masyarakat.

Kritik konstruktif dari PNS seharusnya dipandang sebagai kontribusi untuk perbaikan pemerintahan, bukan sebagai bentuk pembangkangan. Praktik mutasi sebagai hukuman atas perbedaan pandangan justru mengindikasikan warisan monoloyalitas masih disalahgunakan.

Kesimpulan: Membongkar Warisan Mentalitas Monoloyalitas

Budaya "ngangguk" dalam birokrasi Indonesia adalah warisan sistem politik masa lalu yang mendoktrin loyalitas tunggal. Memahami akar sejarah ini penting untuk mereformasi mentalitas birokrasi secara fundamental.

Reformasi birokrasi tidak hanya tentang perubahan administratif, tetapi juga transformasi mental dan budaya kerja. Tujuan utamanya adalah mengembalikan kesadaran bahwa PNS adalah pelayan rakyat, bukan sekadar alat kepatuhan politik.


Halaman:

Komentar