Pernah Jadi Buronan Senilai Rp 167 Miliar, Al-Sharaa Kini Bersalaman dengan Trump

- Kamis, 25 September 2025 | 20:45 WIB
Pernah Jadi Buronan Senilai Rp 167 Miliar, Al-Sharaa Kini Bersalaman dengan Trump


MURIANETWORK.COM -
Presiden Suriah Al-Sharaa bertemu Donald Trump, presiden dari negara yang pernah menghargai penangkapan al-Sharaa dengan imbalan (bounty) sebesar USD 10 juta atau sekitar Rp 167 miliar.

Mengutip situs Kepresidenan Suriah, Kamis (25/9), al-Sharaa yang menjabat sebagai presiden sementara Suriah ini, bertemu Presiden AS Donald Trump dalam sebuah resepsi yang diselenggarakan oleh Trump di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB ke-80 di New York.

Tidak disebutkan tanggal berapa peristiwa itu terjadi, tapi diyakini pada Selasa, 23 September 2025 — hari Trump berpidato di Sidang Majelis Umum PBB.

"Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh Ibu Negara AS, Melania Trump," kata Kantor Kepresidenan Suriah seraya mengunggah foto-foto pertemuan.

Al-Sharaa Pernah Masuk Daftar Teroris


Pertemuan al-Sharaa dengan sejumlah pejabat AS di New York menarik perhatian pemerhati isu internasional. 

Mereka mengaitkan dengan bounty atau imbalan/hadiah USD 10 juta yang disediakan Kemlu AS pada 2017 kepada mereka yang memberikan informasi yang berujung pada penangkapan al-Sharaa yang kala itu memakai nama Abu Muhammad al-Julani.

Al-Julani masuk daftar tangkap karena AS menetapkan Jabhat al-Nusra, cabang Al-Qaeda di Suriah, sebagai kelompok teroris.

Dalam perjalanan waktu, al-Julani mengambil langkah strategis dengan memutus hubungan resmi dari Al-Qaeda. Ia menggabungkan Jabhat al-Nusra dengan beberapa faksi pemberontak lainnya untuk membentuk Hayat Tahrir al-Sham (HTS). Perubahan ini bertujuan untuk menjauhkan diri dari label "teroris" Al-Qaeda dan mendapatkan legitimasi yang lebih luas.

Al-Julani kemudian melancarkan serangan besar pada rezim Bashar al-Assad pada awal Desember 2024. Serangan yang dilakukan bersama dengan kelompok-kelompok pemberontak lain ini berhasil menggulingkan rezim al-Assad.

Setelah berhasil menguasai Damaskus, al-Julani menjadi pemimpin de facto Suriah. Dia melepas nama al-Julani dan memakai nama aslinya, Ahmad al-Sharaa.

Bounty USD 10 Juta Dicabut


Adapun status bounty USD 10 juta telah dicabut oleh Amerika Serikat pada akhir Desember 2024 menyusul kemenangan al-Sharaa. 

Pencabutan bounty ini merupakan keputusan politik yang dibuat setelah pejabat AS melakukan pertemuan langsung dengan al-Sharaa. 

Pemerintah AS di bawah Trump juga mencabut sejumlah sanksi untuk Suriah. Sanksi itu diterapkan AS saat Suriah di bawah rezim al-Assad.

Pertemuan al-Sharaa dengan Trump di New York ini merupakan pertemuan kedua. Sebelumnya, mereka bertemu saat Trump berkunjung ke Riyadh, Arab Saudi, pada 14 Mei 2025.

Selain bertemu Trump di sela sidang PBB, al-Sharaa juga berjumpa dengan Menlu AS Marco Rubio pada 22 September 2025. 

Al-Sharaa sebelumnya juga menghadiri acara dialog yang dipandu oleh mantan Direktur CIA David Petraeus.

Pertemuan al-Sharaa dan Petraeus diakui sebagai situasi yang aneh karena mereka berada di pihak yang berlawanan sebelumnya, sedikitnya dalam dua dekade.

Suriah Absen dari Sidang PBB Sejak 1968


Suriah absen dari Sidang Umum PBB sejak tahun 1968. Presiden terakhir yang hadir adalah Nureddin al-Atassi. 

Setelah itu, baik Hafez al-Assad maupun putranya, Bashar al-Assad, tidak pernah menghadiri acara tersebut.

Dengan kehadiran al-Sharaa di New York, ini menjadi momen bersejarah dan menandai kembali partisipasi Suriah di panggung diplomasi internasional setelah lebih dari 55 tahun.

Komentar