MURIANETWORK.COM -Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan negaranya siap mengubah arah ekonomi agar bisa bertahan menghadapi sanksi dan boikot internasional.
Dalam pidatonya di konferensi tahunan Kementerian Keuangan di Yerusalem, Netanyahu menegaskan bahwa tekanan dunia akibat perang di Gaza membuat Israel harus bergerak menuju kemandirian ekonomi.
“Kita harus siap dengan ekonomi yang lebih mandiri. Saya percaya pada pasar bebas, tapi situasi saat ini bisa membuat industri pertahanan kita terganggu," kata Netanyahu, dikutip dari RT, Selasa 16 September 2025.
"Karena itu, kita harus membangun industri pertahanan dalam negeri. Israel harus jadi seperti Athena dan Super-Sparta,” ujarnya.
Pernyataan ini muncul ketika tekanan dari komunitas internasional semakin kuat. Aktivis pro-Palestina mendorong perusahaan asing memutus kerja sama dengan Israel. Bahkan, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pekan lalu meminta Uni Eropa menangguhkan perjanjian dagang dengan Israel, dengan alasan krisis kemanusiaan di Gaza yang sudah menewaskan hampir 65.000 orang sejak 2023.
Selama ini, Israel masih sangat bergantung pada dukungan Amerika Serikat. Mereka menerima bantuan militer dan keamanan sekitar 3,3 miliar Dolar AS setiap tahun, plus tambahan dari Kongres. Sejak 1946, total bantuan AS yang diterima Israel sudah mencapai sekitar 310 miliar Dolar AS, sebagian besar untuk militer.
Belanja militer Israel juga melonjak tajam. Pada 2024, anggarannya sudah mencapai 8,78 persen dari PDB, hampir dua kali lipat dibanding sebelum perang di Gaza meletus pada 2023.
Sumber: RMOL
Artikel Terkait
Kebohongan Trump Terungkap, Ternyata Restui Serangan Israel ke Qatar
Aksi Nyata terhadap Israel, Pakistan Siap Dukung Pasukan Gabungan Muslim dengan Nuklir
Pejabat Malaysia dari Anggota Parlemen hingga Menteri Ramai-ramai Dapat Email Ancaman
Kampus Islam dan Sejumlah Menara Tinggi di Gaza Hancur Dirudal Israel