Relapse Relationship: Mengapa Sulit Move On dan Ingin Kembali ke Mantan?
Setelah putus cinta, seringkali yang paling sulit bukanlah proses berpisahnya, melainkan melawan keinginan untuk kembali. Perasaan ini bisa muncul secara tiba-tiba. Melalui tempat yang pernah dikunjungi bersama, foto-foto lama di media sosial, lagu yang mengingatkan, atau aroma parfum yang familiar. Tanpa disadari, kita masuk ke dalam fase relapse relationship, yaitu menjalin kembali hubungan yang sudah berakhir, bukan karena sudah membaik, tetapi karena belum bisa benar-benar melepaskan.
Alasan di Balik Godaan Kembali ke Mantan
Penelitian dari University of Texas at Austin yang dilakukan oleh René M. Dailey mengungkap bahwa banyak pasangan memutuskan untuk kembali karena masih ada lingering feelings (perasaan yang tertinggal) atau keyakinan bahwa hubungan mereka masih bisa diselamatkan. Hal ini wajar. Tidak semua perpisahan terjadi karena cinta telah hilang. Terkadang, perpisahan dipicu oleh situasi yang rumit, ego, atau kelelahan akibat konflik yang berulang. Saat ada celah untuk kembali, hati seringkali lebih dulu merespons sebelum akal sehat sempat bertindak.
Namun, temuan menarik dari penelitian ini bukan hanya tentang sisa cinta, melainkan tentang keinginan manusia untuk mengendalikan narasi hidupnya sendiri. Relapse relationship kerap muncul dari keinginan untuk memperbaiki akhir cerita yang terasa tidak selesai, meski pada kenyataannya yang didapat seringkali adalah pengulangan dari luka yang sama.
Hubungan Putus Nyambung: Cinta atau Ketergantungan Emosional?
Studi dari University of Missouri menunjukkan bahwa individu dalam hubungan putus-nyambung cenderung mengalami tingkat stres, kecemasan, dan depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang berada dalam hubungan yang stabil. Kenyataan ini sangat masuk akal. Relapse relationship membuat seseorang terjebak di antara dua keadaan: tidak bersama, tetapi juga belum sepenuhnya berpisah.
Setiap pesan singkat bisa diartikan sebagai harapan, sementara setiap keheningan terasa seperti kehilangan. Pola pikir ini menciptakan ketergantungan emosional. Seringkali, yang kita cari bukanlah orangnya, melainkan rasa aman dan kebahagiaan masa lalu yang familiar, meskipun hubungan tersebut sebenarnya tidak sehat.
Artikel Terkait
Anak Gritte Agatha Kritis di IGD: Ternyata Ini Pemicu Kejang yang Sering Diabaikan!
Rahasia Tiket Pesawat Murah 2025: 3 Waktu Ini Bisa Hemat Jutaan Rupiah!
Miru Lensa Kontak Terbaru: Inovasi Flat Pack & Kolaborasi PAPION di JFW 2026
Sarwendah & Giorgio Antonio Bocorkan Rahasia Belanja Online Super Hemat Pakai ShopeeVIP!