Ngobrol Sebentar dengan Orang Tua, Kok Hati Langsung Panas? Ini Penjelasan Psikologisnya

- Kamis, 25 Desember 2025 | 22:06 WIB
Ngobrol Sebentar dengan Orang Tua, Kok Hati Langsung Panas? Ini Penjelasan Psikologisnya

Pernah nggak sih, baru sebentar ngobrol sama orang tua, tapi rasanya hati langsung panas? Ingin berdebat, kesal sendiri, atau malah memilih untuk menghindar. Padahal, topiknya biasa aja. Kenapa ya, bisa begitu?

Mungkin, ini bukan cuma soal apa yang mereka katakan sekarang. Bisa jadi, ini tentang luka lama yang belum pernah benar-benar kamu urusi. Menurut sejumlah ahli, fenomena ini sering disebut sebagai "Unfinished Business".

Dalam teori psikologi Gestalt, istilah itu menggambarkan emosi masa lalu rasa sedih, marah, kecewa yang belum tuntas. Emosi yang terpendam itu, kata Fritz Perls yang mengembangkan terapi Gestalt, tidak pernah benar-benar hilang. Ia mengendap di bawah sadar dan kerap muncul kembali, memengaruhi hubungan kita di masa kini, termasuk dengan orang tua.

Penelitian dalam Journal of Contemporary Psychotherapy (2002) punya penjelasannya. Orang yang punya unfinished business sering kali punya reaksi emosional yang berlebihan terhadap hal-hal yang sepele. Kenapa? Karena otaknya mengaitkan kejadian saat ini dengan kenangan sakit di masa lalu. Seolah-olah sejarah itu terulang.

Lalu, Kenapa Paling Sering Kejadiannya Saat Ngobrol Sama Orang Tua?

Jawabannya sederhana sekaligus kompleks. Hubungan dengan orang tua adalah hubungan emosional paling awal kita. Dari situlah kita belajar tentang rasa aman, cinta, dan penerimaan. Tapi, kalau dulu di masa kecil kita sering merasa diabaikan, tidak didengar, atau selalu disalahkan, bekasnya bisa sangat dalam.

Coba ingat-ingat. Dulu waktu sedih, malah disuruh diam. Saat butuh dipeluk, justru dapat omelan. Ingin cerita, eh malah dianggap lebay.

Perasaan yang waktu itu dipendam, menumpuk jadi luka yang tak kasat mata. Nah, sekarang, ketika orang tua bicara dengan nada atau pilihan kata tertentu, inner child dalam diri kita seakan tersentak. Luka lama itu seperti tersentuh lagi. Seperti diungkapkan dalam buku Adult Children of Emotionally Immature Parents (Woititz, 2011), banyak orang dewasa membawa luka dari pola asuh yang tidak memberi ruang aman untuk berekspresi. Makanya, obrolan biasa pun bisa memicu badai.

Gimana Tahu Kalau Ini Unfinished Business?

Ciri-cirinya bisa kamu rasakan sendiri. Misalnya, gampang sekali tersinggung atau meledak saat berinteraksi dengan mereka. Perasaan tidak pernah cukup baik di mata orang tua. Ada juga yang memilih untuk tidak bicara dalam-dalam karena takut lagi disalahpahami. Atau, setelah marah, malah dilanda rasa bersalah yang nggak karuan. Omongan mereka bisa dipikirkan berhari-hari, nggak bisa move on.

Sebuah studi di Journal of Family Communication (2012) menyebut kondisi ini sebagai "emosi terperangkap". Intinya, kita sulit memisahkan perasaan masa lalu dari interaksi yang terjadi hari ini.

Akar Masalahnya dari Mana Sih?

Penyebabnya berlapis. Bisa dari emosi masa kecil yang selalu ditekan. Ingat pesan "jangan marah" atau "jangan nangis"? Emosi yang tak diizinkan itu akhirnya numpuk di dalam.


Halaman:

Komentar