Tak cuma itu. Aspek kesehatan dan sanitasi juga jadi perhatian serius. Distribusi 33 truk air bersih, ribuan paket obat dan peralatan kebersihan, serta pengerahan lima perahu karet untuk akses daerah terisolir, menunjukkan skala respons mereka. Secara total, program ini telah menyentuh kehidupan lebih dari 100 ribu jiwa.
Namun begitu, komitmen BRI tak berhenti di fase darurat. Dhanny menambahkan, mereka juga fokus pada percepatan pemulihan jangka menengah. Salah satu wujud nyatanya adalah pembangunan 600 unit hunian sementara di Kabupaten Aceh Tamiang.
Posko-posko yang ada pun dirancang sebagai pusat pemulihan terpadu. Layanan kesehatan dasar, dapur umum, distribusi logistik, dan tentu saja, program Trauma Healing Anak yang rutin, semua tersedia di sana. Kolaborasi dengan mitra komunitas menjadi kunci, agar kehadiran posko ini benar-benar terasa bagi masyarakat, khususnya anak-anak, di masa-masa sulit pascabencana.
Dari serangkaian inisiatif ini, jelas bahwa BRI berusaha memainkan peran yang lebih dari sekadar bank. Mereka ingin dilihat sebagai mitra strategis masyarakat, yang hadir di setiap fase penanganan bencana dari saat darurat hingga pemulihan yang memakan waktu lama.
Artikel Terkait
Indika Energy Bentuk Anak Usaha Baru untuk Diversifikasi Bisnis
PHE Jambi Merang Serahkan 10% Partisipasi ke BUMD Sumsel, Ekonomi Daerah Diharapkan Tergeliat
Amazon Dicoret, OpenAI Masuk: Daftar Pemungut Pajak Digital DJP Berubah
BRI Raih Penghargaan untuk Pemberdayaan Ekonomi Akar Rumput