“Ketika mendengar ada sesama nasabah PNM yang terdampak banjir dan longsor, kami merasa terpanggil. Lewat usaha yang kami miliki, kami ingin berbagi. Rendang ini mungkin sederhana, tapi kami berharap bisa memberi tenaga dan semangat bagi mereka yang sedang berjuang,” ujar Ningsih.
Ia menambahkan, ikatan di PNM rasanya lebih dari sekadar urusan pembiayaan.
“PNM mengajarkan kami untuk tidak hanya tumbuh sendiri, tetapi juga saling menguatkan. Di saat sulit seperti ini, rasa kebersamaan itu terasa sangat nyata,” katanya.
Dari sisi perusahaan, Sekretaris Perusahaan PNM Dodot Patria Ary menjelaskan bahwa nilai kebersamaan inilah yang ingin dihidupkan.
“Kami turut berduka atas musibah yang dialami masyarakat. Dalam upaya membantu pemulihan, kami sengaja melibatkan nasabah PNM Mekaar yang memiliki usaha makanan siap saji. Lebih dari 2.000 produk abon dan rendang karya Ibu Hani dan Ibu Ningsih telah disalurkan. Kami berharap bantuan ini dapat meringankan kebutuhan pangan sekaligus menguatkan semangat bagi para penyintas,” jelas Dodot.
Jadi, yang dibawa lebih dari sekadar makanan. Ada rasa peduli yang nyata, sebuah keinginan untuk memastikan bahwa di tengah keterbatasan, tak ada yang berjuang sendirian. Sebagai satu keluarga besar, PNM dan para nasabahnya memilih untuk terus hadir, saling menjaga, dan tumbuh bersama.
Artikel Terkait
Abon Serang dan Rendang Padang: Bantuan yang Hangat dari Dapur Para Ibu
PNM Raih Penghargaan Komunikasi Inklusif Berkat Dedikasi pada Pemberdayaan Perempuan
Purbaya Siapkan Rp 2 Triliun untuk Tekstil dan Furniture, Bunga 6 Persen
Rupiah Tergelincir ke Rp16.787, Dihantam Sentimen Global dan Kredit Menganggur Rp2.500 Triliun