Ekonom Morgan Stanley, Michael Gapen, punya pandangan menarik soal ini.
"Kalau tingkat pengangguran terus merangkak naik, kami yakin Fed akan merespons dengan menurunkan suku bunga kebijakan. Tapi jika tidak, pemotongan suku bunga tahun depan mungkin akan lebih lambat datangnya," tulisnya dalam sebuah analisis.
Perdagangan pekan ini memang perlu dicermati dengan cara berbeda. Volume diperkirakan bakal turun drastis mulai pertengahan pekan. Soalnya, Wall Street akan tutup lebih awal di hari Rabu (24/12) dan libur penuh pada Kamis (25/12) untuk perayaan Natal. Sejarah mencatat, kondisi likuiditas tipis seperti ini sering memicu gejolak harga yang lebih liar.
Selain data ekonomi, ada satu proses politik yang juga disorot: pemilihan Ketua Federal Reserve yang baru. Masa jabatan Jerome Powell berakhir Mei mendatang, dan Presiden Donald Trump akan menentukan siapa penggantinya. Keputusan ini, tentu saja, akan punya dampak besar untuk arah kebijakan moneter AS ke depannya.
Artikel Terkait
Dolar AS Terancam Terus Melemah, Ini Pemicu Utamanya
Aris Santosa Tinggalkan Waskita Beton, Pindah ke Pelni
Hartadinata Abadi Siap Sambut Era Baru Emas, Meski Harga Tembus Rp2,37 Juta per Gram
Mekaar PNM: Ketika Ibu Rumah Tangga Tak Lagi Berjuang Sendiri