Yang menarik, Rosan menyebut bahwa pengerjaan fisik proyek raksasa ini akan melibatkan perusahaan-perusahaan BUMN. “Dan kita juga dalam pembangunan itu kita minta agar pembangunan itu bisa menyertakan BUMN kita untuk membangun di sana,” katanya. Target groundbreaking-nya sendiri diincar pada Oktober 2026.
Lokasinya pun dipilih dengan sangat cermat. Lahan yang sedang dibidik ini disebut Plot 6 di area Western Hindawiyah tidak jauh dari Masjidil Haram. Awalnya, otoritas setempat, Royal Commission for Makkah City and Holy Sites (RCMC), menawarkan delapan plot. Danantara memilih satu yang dianggap paling strategis.
Kalau bidding kali ini berhasil, Danantara akan punya dua aset kunci: lahan di kawasan Thakher City yang sebelumnya sudah diakuisisi (sekitar 2,5 km dari Masjidil Haram), plus Plot 6 ini. Tujuannya jelas: menciptakan efisiensi logistik dan memperkuat layanan.
Dampaknya untuk Jemaah Indonesia
Nilai investasinya? Cukup fantastis. Rosan menyebut angka sekitar USD 1,2 miliar, atau kurang lebih Rp 20 triliun. “Oke (sebagai investasi) karena jemaah kita kan 2 juta orang tiap tahunnya,” tandasnya, merujuk pada potensi pasar yang besar.
Dan inilah yang paling dinanti: dampaknya terhadap biaya haji. Dengan adanya fasilitas milik sendiri yang lebih terintegrasi, Rosan yakin akan terjadi efisiensi biaya. Artinya, ongkos bagi jemaah Indonesia berpeluang turun.
“Insyaallah iya, mestinya. Jadi harganya bisa turun, tetapi sarana fasilitasnya lebih baik,”
pungkasnya. Pengumuman hasil bidding lahan Plot 6 ini sendiri dikabarkan akan segera dirilis dalam waktu dekat. Semua mata kini tertuju ke Arab Saudi.
Artikel Terkait
Danantara dan PLN Jalin Kemitraan untuk Pacu Investasi Energi Hijau
IHSG Menguat Tipis, Saham-Saham Gacor Ini Tembus 30%
Transcoal Pacific: Dari Tongkang Batu Bara hingga Gempuran Transaksi Miliaran di Bursa
Pembangunan 2.603 Huntap di Sumatera Utara Dimulai, Arahan Langsung Prabowo