Akibatnya, saham Netflix naik 0.2%. Sebaliknya, saham Paramount dan Warner Bros masing-masing terperosok 5.4% dan 2.4%.
Namun begitu, tidak semua sektor terpuruk. Saham energi justru bersinar seiring menguatnya harga minyak mentah. Pemicunya adalah perintah blokade dari Presiden Donald Trump terhadap kapal tanker minyak Venezuela yang kena sanksi. Situasi geopolitik kembali mempengaruhi pasar.
ConocoPhillips dan Occidental Petroleum melonjak, masing-masing lebih dari 4%. Meski demikian, secara keseluruhan, tekanan jual masih dominan. Di NYSE, jumlah saham yang melemah mengalahkan yang menguat dengan rasio 1.5 banding 1.
Data teknisnya begini: di NYSE, ada 135 saham yang cetak level tertinggi baru, sementara 104 saham mencapai level terendah baru. Pasar Nasdaq lebih suram, dengan 1.496 saham naik dan 3.162 saham turun rasio pelemah terhadap penguat mencapai 2.11 banding 1.
S&P 500 masih mencatatkan 12 level tertinggi baru dalam 52 pekan, tanpa ada rekor terendah baru. Nasdaq Composite punya 85 rekor tertinggi, tapi sekaligus 175 rekor terendah baru. Gambaran yang kontras.
Volume perdagangan hari itu cukup tinggi, mencapai 17.92 miliar saham. Angka itu melampaui rata-rata 20 hari sebesar 16.97 miliar saham. Artinya, ada aktivitas yang cukup sibuk di balik pergerakan indeks yang lesu ini.
Artikel Terkait
APBN 2025 Tembus Rp 2.911 Triliun, Daya Beli Masyarakat Terjaga
Anggaran Bencana 2025 Tersisa Rp 2,97 T, Pemerintah Tambah Suntikan Dana ke Tiga Provinsi
BRI Kerahkan 40 Aksi Darurat, Puluhan Ribu Paket Bantuan Tiba di Wilayah Bencana
PTPP Bidik Pendapatan Rp16 Triliun di 2026, Laba Masih Dievaluasi