Artinya, dengan pertumbuhan ekonomi yang ada sekarang, Gorontalo berpotensi melesat hingga di atas 10 persen.
Namun begitu, potensi sebesar itu tak akan terwujud dengan sendirinya. Gobel menekankan, pemerintah daerah harus cepat beradaptasi. Misalnya dengan membangun saluran irigasi sekunder, mencetak sawah baru, mengembangkan budidaya ikan air tawar, menata kawasan wisata, dan mendukung UMKM-UMKM terkait. Ia meminta kepala daerah segera menyusun perda tata ruang dan perda konservasi lahan yang selaras.
Persoalannya, di hulu sungai tempat sembilan anak sungai, termasuk Sungai Mongiilo sebagai induknya, bermuara masih terjadi benturan kepentingan. Aktivitas tambang dan pertanian jagung dinilai mengancam kelestarian daerah tangkapan air.
"Tapi jika konservasi lahan tidak dijalankan maka debit air akan berkurang dan waduk menjadi tidak bisa optimal. Bencana alam di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh harus menjadi pelajaran sangat penting,”
tegas Gobel lagi.
Baginya, Waduk Bulango Ulu adalah peluang emas. Sebuah titik balik untuk mengubah wajah sosial-ekonomi Gorontalo secara drastis. “Kemiskinan akan bisa dihapuskan, salah satunya melalui potensi ekonomi Waduk Bulango Ulu,”
katanya penuh keyakinan.
Keyakinan itu punya dasar historis. Ridwan Monoarfa, Wakil Ketua DPRD Provinsi Gorontalo, mengingatkan, pada 1921 pemerintah kolonial Belanda membangun Bendungan Lomaya untuk irigasi.
“Dengan pembangunan Bendungan Lomaya, banyak dicetak sawah baru, dan pendapatan ekonomi masyarakat Gorontalo meningkat pesat. Saat itu, Gorontalo berhasil menjadi lumbung beras,”
ungkapnya.
Jadi, membangun waduk sebagai pengungkit ekonomi bukanlah hal baru bagi Gorontalo. Sejarah sudah membuktikannya. Kini, tinggal menunggu apakah janji Bulango Ulu bisa terwujud seperti pendahulunya.
Artikel Terkait
Bank Mandiri Kerahkan 30 Truk dan Relawan Berpengalaman untuk Tangani Bencana di Sumatera
IHSG Dibuka Menguat, Sentimen Positif Warnai Perdagangan Awal
Emas Antam Melonjak Tajam, Sentuh Rp2,4 Juta per Gram
Harga Emas Antam Melonjak Rp17.000, Sentuh Rp2,4 Juta per Gram