Prosesnya sederhana tapi personal. Setelah diskusi mendalam tentang spesifikasi, barulah penawaran resmi dikirim via email atau WA. Pengadaan barang pun baru dilakukan setelah semuanya jelas dan budget disepakati.
Hildan menekankan bahwa mereka memposisikan klien sebagai mitra. Bahkan, diskusi via Zoom meeting pun kerap dilakukan untuk memastikan tidak ada kesalahpahaman. Intinya, komunikasi adalah kunci.
"Dengan berdiskusi, kami bisa memberikan pelayanan yang bagus dan terbaik. Klien merasa didengar, dan kami bisa memastikan barang yang dipilih benar-benar cocok," ungkapnya.
Di sisi lain, Hildan mengakui banyak keluhan dari klien yang sebelumnya asal beli. Terutama di marketplace. Harganya mungkin murah, tapi kualitas? Bisa jadi tidak sesuai. Akhirnya, barangnya mangkrak, tidak dipakai karyawan.
"Pernah ada curhat, beli sepatu safety karena harganya murah. Eh, ternyata terlalu berat. Alhasil, karyawan ogah pakai. Kan jadi sia-sia," bebernya.
Nah, keunggulan Hildan Safety justru terletak pada pendekatan personal ini. Mereka tidak mau kliennya salah beli. Setiap produk didiskusikan matang-matang, apakah cocok untuk jenis pekerjaan dan lingkungan kerjanya.
"Sepatu untuk bagian produksi dan yang di gudang atau back office itu berbeda. Jenisnya beda, merknya beda, harganya juga beda. Kalau salah pilih, ya rugi. Sudah keluar uang, karyawan tidak nyaman. Kami hadir untuk memastikan solusinya tepat sasaran," pungkas Hildan menutup pembicaraan.
Artikel Terkait
Yupi Gelontorkan Dividen Rp 300 Miliar, Bukti Royalnya ke Investor
Homeco Victoria Pangkas Target Pendapatan dan Laba Hampir 60% di Tengah Tekanan Pasar
Revitalisasi Terminal LPG Arun Resmi Beroperasi, Pasokan Energi Aceh dan Sumut Kian Efisien
IHSG Tersungkur 48 Poin, Sektor Industri Jadi Penyelamat di Tengah Aksi Jual