Kebijakan tarif baru antara AS dan Jepang mulai diterapkan pada September 2025, dengan menetapkan tarif dasar 15 persen untuk hampir semua impor Jepang. Kebijakan ini sebenarnya lebih ringan dari tarif awal yang bisa mencapai 27,5 persen untuk mobil dan 25 persen untuk berbagai barang lainnya.
Konsumsi Domestik dan Proyeksi Stimulus Pemerintah
Di sisi permintaan domestik, konsumsi swasta yang mencakup lebih dari setengah output ekonomi hanya tumbuh tipis 0,1 persen. Pertumbuhan ini sesuai dengan estimasi pasar namun lebih rendah dari pencapaian kuartal kedua sebesar 0,4 persen. Kenaikan biaya pangan disebut sebagai faktor yang mengurangi minat belanja masyarakat.
Sementara itu, belanja modal justru menunjukkan performa positif dengan pertumbuhan 1,0 persen, jauh melampaui estimasi pasar yang hanya 0,3 persen. Pemerintah melalui Menteri Revitalisasi Ekonomi, Minoru Kiuchi, menegaskan bahwa konsumsi swasta dan belanja modal masih menunjukkan tren positif yang berkelanjutan.
Menyikapi data PDB yang melemah, pemerintah di bawah kepemimpinan Takaichi tengah menyusun paket stimulus ekonomi yang diperkirakan melebihi 17 triliun yen atau setara dengan 109,94 miliar dolar AS. Paket stimulus ini bertujuan membantu rumah tangga dalam mengelola kenaikan biaya hidup yang terus meningkat.
Para ekonom memproyeksikan ekonomi Jepang akan kembali mengalami ekspansi pada kuartal Oktober-Desember 2025 dengan pertumbuhan diperkirakan mencapai 0,6 persen. Langkah-langkah stimulus pemerintah diharapkan dapat mendukung pemulihan konsumsi rumah tangga pada paruh pertama tahun 2026.
Artikel Terkait
Realisasi KUR UMKM Tembus Rp 238 Triliun, Capai 83% dari Target 2025
Inflasi Emas Perhiasan Tembus 52,76%, Sumbar Tertinggi Capai 62,83%
Harga Emas Perhiasan Melonjak 52,76%, Tembus Rekor 45 Bulan Berturut-turut
Harga Telur Ayam Ras Tembus Rp 31.646/kg, Dipicu Program Makan Bergizi Gratis