BEIJING Suasana di Selat Taiwan kembali memanas. Kali ini, pemicunya adalah latihan perang skala besar yang digelar China di sekitar pulau tersebut. Tak main-main, latihan ini melibatkan angkatan darat, laut, udara, hingga pasukan roket. Respons Taiwan pun langsung terlihat: status kesiapsiagaan militer mereka dinaikkan ke level yang lebih tinggi.
Menurut sejumlah analis, manuver militer yang diumumkan pada Senin (29/12/2025) itu bukanlah kebetulan. Latihan ini digelar berbarengan dengan keputusan pemerintahan Presiden AS Donald Trump yang menyetujui penjualan senjata senilai lebih dari 11 miliar dolar AS untuk Taiwan. Bagi Beijing, langkah Washington itu jelas dianggap sebagai campur tangan. Sebuah ancaman nyata bagi stabilitas kawasan.
Juru Bicara Komando Teater Timur Pasukan Pembebasan Rakyat (PLA) China, Shi Yi, membeberkan detail latihan. Fokusnya pada patroli tempur laut dan udara, kendali terpadu antar matra, hingga penutupan area strategis seperti pelabuhan. Intinya, uji coba kemampuan operasi gabungan.
"Selama latihan, kapal dan pesawat China akan mendekati Taiwan dari berbagai arah," jelas Shi Yi.
Dari seberang selat, reaksi Taiwan keras dan tegas. Juru Bicara Istana Kepresidenan Taiwan, Karen Kuo, mendesak Beijing untuk tidak salah menafsirkan situasi.
“Sebagai respons atas pengabaian China terhadap norma internasional dan penggunaan intimidasi militer untuk mengancam negara-negara tetangga, Taiwan menyampaikan kecaman keras,” ujar Karen.
Artikel Terkait
China Buka Keran Impor Baterai dan Medis, Tapi Kencangkan Ekspor Perak
MRT Jakarta Siap Mengantar hingga Dini Hari di Malam Tahun Baru
Romeny Buka Suara: Cedera Pahit di Bandung dan Luka Gagal ke Piala Dunia
BNI Gelontorkan Relaksasi Kredit untuk Korban Bencana di Sumatera