Pembersihan besar-besaran pasca banjir dan longsor di Sumatera terus digenjot. Kali ini, Kementerian Kehutanan jadi ujung tombaknya. Mereka tak bekerja sendirian. Di lapangan, rimbawan bergandengan tangan dengan TNI, Polri, pemda, hingga relawan dan warga biasa. Targetnya jelas: bersihkan tumpukan kayu dan material limbah bencana yang masih menggunung di beberapa titik.
Di Aceh, tepatnya di wilayah Tamiang dan Aceh Utara, kerja keras itu terlihat jelas. Kawasan sekitar Pesantren Darul Mukhlisin dan Langkahan jadi fokus utama. Bayangkan saja, ratusan personel dikerahkan. Puluhan unit alat berat seperti ekskavator dan truk pun sibuk mondar-mandir, siang dan malam, demi mempercepat pemulihan.
Subhan, Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL), mengonfirmasi intensitas operasi ini.
“Kami kerja sampai malam. Yang dibersihkan bukan cuma kayu-kayu besar, tapi juga ruang belajar santri, rumah ibadah, dan jalan-jalan akses warga,” ujarnya.
Menurut Subhan, progres di lingkungan pesantren sudah capai sekitar 65%. “Kami terus pacu dengan dukungan semua pihak,” tambahnya Minggu lalu.
Tim gabungan yang terdiri dari Manggala Agni, BBTNGL, dan BKSDA bahkan turun tangan membersihkan tempat wudu di masjid. Untuk kayu-kayu limbah, prosesnya tak asal angkut. Ada pengukuran dan penghitungan detail dulu sebelum dibawa ke tempat penampungan akhir yang sudah ditentukan.
Lalu, bagaimana dengan Sumatera Utara? Di sini, Kemenhut lebih berperan sebagai pendukung. Satgas Pemerintah Daerah yang memimpin komando di tiga desa: Aek Ngadol, Garoga, dan Huta Godang.
Novita Kusuma Wardani, Kepala BBKSDA Sumatera Utara, menjelaskan posisi mereka.
Artikel Terkait
Avatar 3 Kuasai Box Office Natal, Tapi Marty Supreme Siap Kejutkan
Klarifikasi Kemhan: Ayu Aulia Bukan Bagian dari Tim Kreatif Kementerian
Insanul Fahmi Bantah Bukti Perselingkuhan: Ini Hasil Editan AI
Dari Tenun ke Tas Modern: Kisah UMKM Depok yang Naik Kelas Berkat BRI