Ada yang mengkritik, Bobibos dianggap hanya cari investor. Mulyadi membantah. Dia bilang, industri energi memang butuh modal besar dan peran negara agar distribusinya bisa adil dan berkelanjutan.
Sementara itu, di dalam negeri, proyek percontohan berbasis komunitas dan relawan tetap berjalan. Produksinya terbatas, hanya untuk konsumsi internal sebagai pembuktian teknologi. Belum untuk dijual bebas.
Dia juga meluruskan anggapan yang menyamakan Bobibos dengan konsep blue energy. Seluruh prosesnya, klaimnya, bisa diuji secara ilmiah. “Kami tidak mau mempertaruhkan reputasi pribadi apalagi simbol negara yang melekat pada diri saya,” ujarnya.
“Intinya, kami cuma ingin membantu masyarakat, membantu negara, dan tentu saja menjaga lingkungan. Transisi energi itu suatu keharusan. Dan Indonesia punya potensi besar lewat energi nabati,”
tambah Mulyadi.
Meski begitu, Bobibos menyatakan tetap akan menghormati kebijakan pemerintah Indonesia. Saat ini, regulasi baru mengakui sawit, aren, dan tebu sebagai sumber bioenergi. Mereka akan menunggu sampai ada aturan yang membuka peluang pemanfaatan jerami sebagai bahan baku energi terbarukan.
Artikel Terkait
Aljazair Tegaskan Penjajahan Prancis sebagai Kejahatan, Hubungan Kedua Negara Memanas
Putri Candrawathi Kembali Dapat Remisi, Hukuman Dipangkas Lagi Satu Bulan
Siklon Senyar Picu Hujan Ekstrem, Aceh Alami Curah Tertinggi dalam Enam Tahun
Lefundes Buka Suara: Borneo Fokus Pulihkan Pemain, Bukan Buru Bintang Baru