Gelombang Pemecatan Besar-besaran Guncang Tubuh Militer Israel

- Selasa, 25 November 2025 | 03:15 WIB
Gelombang Pemecatan Besar-besaran Guncang Tubuh Militer Israel

TEL AVIV – Sudah dua tahun berlalu, tapi dampak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 masih terasa sangat dalam di tubuh militer Israel. Getarannya terus mengoyang fondasi Pasukan Pertahanan Israel (IDF), yang kini menghadapi gelombang pergantian dan pemecatan yang tak biasa. Bisa dibilang, ini adalah pembersihan terbesar dalam sejarah mereka.

Menurut sejumlah saksi, situasi ini menunjukkan betapa parahnya luka dan kegagalan yang ditinggalkan oleh peristiwa itu. Banyak pejabat Israel sendiri yang menyebutnya sebagai kegagalan intelijen dan militer terbesar sepanjang sejarah negara mereka.

Pada Minggu (23/11/2025), Kepala Staf IDF Eyal Zamir akhirnya mengumumkan rangkaian tindakan disipliner terbaru. Pengumuman ini seperti menjadi puncak dari rentetan panjang perwira yang harus menanggung akibat atas kelengahan mereka menjelang serangan yang disebut Badai Al Aqsa itu.

Herzi Halevi adalah nama besar pertama yang tumbang. Tak lama setelah serangan, dia memilih mundur dari posisinya sebagai Kepai Staf Angkatan Darat. Mundurnya Halevi menjadi semacam alarm, pertanda bahwa krisis internal IDF tidak akan berhenti hanya pada satu atau dua orang saja.

Lalu ada Aharon Haliva. Sosok yang dulu sangat berpengaruh dalam analisis ancaman ini dicopot dari jabatannya tak lama setelah tragedi. Tapi langkah terbaru terhadapnya justru lebih keras: Haliva dihapus dari daftar perwira cadangan, memutus semua hubungannya dengan IDF.

Di sisi lain, Yaron Finkelman, yang waktu itu menjabat sebagai Panglima Komando Selatan wilayah yang jadi sasaran utama serangan dianggap gagal membaca gelagat eskalasi. Dia sudah dicopot sejak 2023, dan kini kehilangan status cadangannya.

Tak hanya mereka, Oded Basyuk yang memegang peran kunci dalam koordinasi operasi IDF juga ikut tersapu. Namanya masuk dalam kategori perwira yang dianggap "gagal sistemik".


Halaman:

Komentar