Kontroversi Rapat Dini Hari PM Takaichi: Antara Darurat Faks dan Kritik Budaya Kerja
Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi menjadi sorotan publik setelah diketahui mengadakan rapat pada pukul 03.00 dini hari. Insiden yang terjadi pada 7 November ini memicu perdebatan sengit mengenai budaya kerja berlebihan di Jepang dan kekhawatiran akan kasus karoshi atau kematian karena kerja terlalu keras.
Rapat yang berlangsung selama tiga jam dan melibatkan staf-staf penting ini langsung mendapat julukan "sesi belajar pukul 3 pagi" dari media. Banyak kalangan mengecam tindakan ini sebagai bentuk tekanan kerja yang tidak wajar dan berpotensi membahayakan kesehatan para staf pemerintah.
Alasan PM Takaichi Gelar Rapat Jam 3 Pagi
Menghadapi gelombang kritik, Takaichi memberikan penjelasan resmi. Ia menyatakan bahwa rapat dini hari itu bukanlah agenda yang telah direncanakan, tetapi merupakan tindakan darurat. Penyebabnya adalah mesin faks di kediamannya mengalami kerusakan, sehingga menghalanginya menerima dokumen penting untuk persiapan rapat anggaran parlemen yang dijadwalkan pukul 09.00.
Oleh karena itu, Takaichi menyatakan terpaksa pergi ke kantor kediaman dinas perdana menteri untuk memeriksa dokumen-dokumen tersebut secara langsung. Di depan parlemen, ia mengakui bahwa tindakannya mungkin telah menyebabkan ketidaknyamanan bagi para staf, namun menekankan bahwa rapat tersebut diperlukan untuk menyusun ulang draf tanggapan atas berbagai pertanyaan parlemen.
Artikel Terkait
590 Ton Narkoba dan Rp41 Triliun: Rincian Sitaan Fantastis Bareskrim di 2025
Modual Nekad Siap Hibur Malam Tahun Baru, Proses Syuting Dipenuhi Ledakan Tawa
Pramono Anung Tegaskan UMP Jakarta 2026 Rp5,72 Juta Tak Bisa Diganggu Gugat
Kebun Raya Mangrove Surabaya Tembus 86 Ribu Pengunjung, UMKM Raup Ratusan Juta