Membedah Peluang BG Ambil Alih PDIP Dari Trah Soekarno!

- Kamis, 31 Juli 2025 | 14:15 WIB
Membedah Peluang BG Ambil Alih PDIP Dari Trah Soekarno!




MURIANETWORK.COM - Siapa pemegang tongkat komando Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) setelah era Megawati Soekarnoputri berakhir?


Politisi senior yang pernah lama bernaung di PDIP, Zulfan Lindan, secara blak-blakan membedah skenario suksesi di tubuh partai banteng.


Menurutnya, masa depan PDIP kini berada sepenuhnya di tangan Megawati, yang dihadapkan pada pilihan sulit yang dapat menentukan soliditas partai di masa depan.


Zulfan menegaskan bahwa transisi kepemimpinan adalah sebuah keniscayaan yang tak bisa ditawar lagi. 


Faktor biologis menjadi alasan utama yang harus dipertimbangkan secara serius oleh sang ketua umum.


"Sekarang kan faktor PDIP itu kan sangat ditentukan oleh Ibu Mega kan. Kalau Ibu Mega merasa bahwa bukan hanya secara pribadi dia melihat bahwa saya sudah cukuplah, tetapi secara organisatoris, dia melihat bahwa organisasi ini perlu transisi cepat karena kalau tidak transisi segera ini kan ada problem macam-macam. Faktor usia, faktor kesehatan, kan ada aja," ujar Zulfan dikutip dari Youtube Retorika Show.


Dilema Suksesi Tunggal: Menghindari Perang Saudara


Poin paling tajam yang diungkap Zulfan adalah potensi 'perang saudara' jika Megawati tidak tegas dalam menunjuk satu nama sebagai penerusnya.


Menurutnya, skenario suksesi dengan dua calon dari trah Soekarno, yaitu Puan Maharani dan Prananda Prabowo, adalah resep menuju kekacauan.


Megawati harus memilih satu di antara keduanya, tidak bisa dua-duanya. 


Membiarkan keduanya maju bersama dalam bursa ketua umum dinilai akan memicu faksi-faksi yang saling berhadapan dan berpotensi merusak soliditas partai yang telah dibangun puluhan tahun.


"Nah, jadi suksesinya Ibu Mega itu enggak mungkin dua orang. pasti saruk. Kalau dua orang dia bikin masalah ribut lagi nanti," tegas Zulfan.


"Nah, siapa nih antara dua Prananda dengan Puan?." 


Pertanyaan ini menjadi inti dari seluruh teka-teki. 


Puan Maharani, dengan jabatannya sebagai Ketua DPR RI dan rekam jejaknya di panggung politik nasional, memiliki keunggulan dalam popularitas dan jaringan eksternal.


Sementara itu, Prananda Prabowo dikenal sebagai sosok di balik layar yang mengendalikan strategi dan ideologi partai dari "Situation Room" PDIP, memegang kendali atas struktur internal.


Kuda Hitam dan 'Kaum Indekosan'


Di tengah duel Puan versus Prananda, Zulfan Lindan melihat kemungkinan adanya "terobosan baru" yang bisa diambil Megawati. 


Nama yang muncul sebagai kuda hitam potensial adalah Pramono Anung, yang saat ini menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.


"Atau Ibu Mega bisa bikin terobosan baru. Bisa Pram. kalau Pramono Anung, Sekjen kan sudah pernah dia. ya sudah pasti jadi alternatif jadi ketua umum kan," jelasnya.


Pramono dianggap sebagai figur tengah yang bisa diterima oleh berbagai faksi dan memiliki pengalaman manajerial partai yang mumpuni.


Lantas, bagaimana dengan nama kuat lain seperti Menko Polkam, Budi Gunawan (BG)? Zulfan Lindan secara gamblang menyebut peluang BG sangat berat.


Menurutnya, ada faktor historis yang tidak bisa diabaikan dalam kultur PDIP. 


BG, terlepas dari kekuatannya, masih dianggap sebagai sosok yang relatif baru di lingkaran inti ideologis partai.


"Ya Pak Budi Gunawan (BG) kepingin ya pasti kepingin tapi saya kira secara historis agak beratlah," analisis Zulfan.


"Kalau kita hitung-hitung dari segi istilah yang dilakukan oleh para PDIP awal itu kan menyebut ini kaum indekosan kan. para pendatang baru. Pak BG kan sebenarnya lebih baru lagi. di situ agak berat memang," ucapnya.


Skenario Transisi: Mega Naik Tahta Jadi Ketua Dewan Pembina


Untuk memuluskan jalan suksesi siapapun yang terpilih, Zulfan menyodorkan sebuah skenario elegan. 


Megawati tidak perlu sepenuhnya pensiun dari panggung politik, melainkan bisa mengambil posisi terhormat sebagai penjaga ideologi partai.


Posisi baru sebagai Ketua Dewan Pembina akan memungkinkan Megawati tetap memiliki otoritas tertinggi tanpa harus terlibat dalam operasional harian partai. 


Ini akan menjadi masa transisi bertahap yang aman bagi sang penerus.


"Iya. Dia (Megawati) jadi ketua dewan pembina aja. Jadi Ibu Mega jadi ketua dewan pembina ya kan. Kemudian ini diserahkan aja pelan-pelan bertahap," pungkasnya.



Sumber: Suara

Komentar