Lebih lanjut, Bima menekankan bahwa RDTR juga harus mampu menonjolkan branding atau identitas unik setiap kota. Namun, ia mengakui bahwa hal ini merupakan tantangan yang tidak sederhana. "Ini tidak mudah, untuk menyulap [atau] mentransformasi lautan ruko, lautan angkot, lautan PKL (Pedagang Kaki Lima) menjadi nuansa lokal yang betul-betul kuat," tuturnya.
Kolaborasi untuk Perencanaan Partisipatif
Bima Arya menekankan pentingnya koordinasi yang erat antara berbagai pemangku kepentingan. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Indonesia, tokoh adat, dan masyarakat harus bersinergi untuk mewujudkan perencanaan kota yang partisipatif dan inklusif. "Saya kira kita harus manfaatkan kebaikan hati dari Pak Menteri Keuangan, Pak Menteri ATR (Agraria dan Tata Ruang), alokasi untuk RDTR ini, kita sambut dengan semangat kolektif dan kebersamaan untuk pembangunan yang melibatkan semua," jelasnya.
Investasi untuk Generasi Muda
Ditegaskannya bahwa pembangunan tata ruang kota merupakan investasi berharga bagi generasi muda di masa depan. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh pihak, termasuk Aparatur Sipil Negara (ASN) muda, untuk aktif berkontribusi dalam merancang tata ruang yang sehat dan berkualitas. "Kita butuhkan keahliannya, lebih dari sekadar politik dan pemerintahan, tapi kemampuan untuk menata ruang lebih inklusif dan terbuka demi cita-cita kita menjadi negara maju di tahun 2045," pungkas Bima Arya.
Acara sarasehan ini juga dihadiri oleh Menteri ATR/Badan Pertanahan Nasional Nusron Wahid, Ketua Umum IAP Indonesia Hendricus Andy Simarmata, serta berbagai pejabat terkait lainnya.
Artikel Terkait
Tito Desak Pembersihan Lumpur dan Hunian Tetap untuk Korban Banjir Aceh Tamiang
KPK Bantah Intervensi Kejagung, Ungkap Kolaborasi Tangkap Jaksa Tersangka
Donna Fabiola dan Jaringan Narkoba yang Gagal Racuni Djakarta Warehouse Project
Jember Bangkitkan Geliat Sport Tourism Lewat Debu dan Tantangan JAVEX