Umat Islam Indonesia di Persimpangan: Menjadi Pelaku Perbaikan di Tengah Ujian 2026

- Rabu, 31 Desember 2025 | 17:25 WIB
Umat Islam Indonesia di Persimpangan: Menjadi Pelaku Perbaikan di Tengah Ujian 2026

Data-data sosial-ekonomi pun bicara. Jumlah penduduk miskin Indonesia masih berkisar 24 juta jiwa, dengan kelompok rentan yang jauh lebih besar. Memang, kemiskinan ekstrem berhasil ditekan di bawah 1 persen. Tapi satu bencana besar saja bisa mendorong jutaan orang kembali terjerembap. Tingkat pengangguran yang bertahan di kisaran 4-5 persen juga menunjukkan kerapuhan ketahanan ekonomi masyarakat saat berhadapan dengan krisis.

Dalam situasi serba sulit begini, umat Islam diuji. Bisakah kita beranjak dari kesalehan yang bersifat individual menuju kesalehan sosial? Islam tak cuma mengajak jadi Muslim yang saleh, tapi juga mendorong lahirnya Muslih orang yang aktif melakukan islah. Seorang Muslih tak cuma baik untuk dirinya sendiri. Dia memperbaiki lingkungan, menolong mereka yang terdampak krisis, dan menghadirkan solusi di tengah kesulitan. Inilah yang bisa kita sebut sebagai Islah Maker, pelaku perbaikan yang kerja nyata di tengah umat dan bangsa.

Lantas, bagaimana caranya menguatkan Gerakan Islah? Setidaknya, konsolidasi perlu fokus pada tiga bidang. Pertama, tentu saja pendidikan. Perlu perbaikan kualitas dan relevansi lembaga pendidikan umat, agar melahirkan generasi yang berakhlak, tangguh, dan mampu beradaptasi.

Kedua, ekonomi umat. Zakat, infak, dan wakaf harus bisa jadi pengungkit kemandirian ekonomi rakyat, terutama di wilayah-wilayah yang terdampak krisis dan bencana.

Ketiga, ketahanan sosial. Ini soal memperkuat solidaritas, kesiapsiagaan bencana, dan jaringan tolong-menolong yang berbasis komunitas.

Pada akhirnya, ujian kedewasaan ini tak mungkin dijalani sendirian. Gerakan Islah menuntut kolaborasi erat antara negara, ormas, dan masyarakat sipil. Negara butuh mitra sosial yang berakar dan dipercaya. Umat juga butuh kebijakan yang adil serta ruang partisipasi yang terbuka lebar.

Tahun 2026 nanti adalah momentum penting. Saatnya membuktikan bahwa umat Islam Indonesia mampu hadir sebagai Muslih kolektif sebagai penggerak islah yang dewasa, moderat, dan bertanggung jawab. Semua demi Indonesia yang maju, tangguh, dan tetap bermartabat.


Raizal Arifin
Ketua Umum DPP Persatuan Ummat Islam (PUI)


Halaman:

Komentar