Fenomena semacam ini sebenarnya bukan hal baru di Ranah Minang. Ingat peristiwa tahun 2007 di Danau Singkarak? Kala itu, tsunami danau dipicu oleh aktivitas Patahan Sumani yang menyebabkan gempa Padang Panjang bermagnitudo 6,1, terjadi dua kali. Kejadian itu menjadi catatan penting dan semacam peringatan.
"Jadi, potensi tsunami Danau Maninjau ini memang ada terutama jika terjadi longsoran di kawah atau tebing danau," tegas Suaidi.
Menyikapi ancaman ini, BMKG tak tinggal diam. Mereka, bersama BRIN dan sejumlah kampus, telah melakukan kajian mendalam terhadap Segmen Kajai-Talamau. Hasilnya, ancaman maksimumnya memang di angka magnitudo 6,1 tadi.
Namun begitu, masih ada pekerjaan rumah. Hingga saat ini, belum ada pemodelan khusus yang bisa memperkirakan golden time atau waktu emas untuk menyelamatkan diri jika tsunami danau benar-benar terjadi. Itu yang mendesak untuk segera dibuat.
Karena itu, ke depan, BMKG berencana berkolaborasi dengan instansi terkait untuk segera menyusun pemodelan ancaman tsunami Danau Maninjau. Patahan Kajai-Talamau yang bersinggungan langsung dengan danau itu harus dipetakan risikonya dengan lebih rinci. Tujuannya jelas: kesiapsiagaan.
Artikel Terkait
Forkopimda Riau Tutup Tahun dengan Doa dan Imbauan Sederhana
Korban Penipuan Online Baru Sadar Setelah 24 Jam, Polisi Luncurkan Pusat Anti-Scam
Ribuan Personel Gabungan Siaga Jelang Malam Tahun Baru di Riau, Imbau Warga Batasi Perayaan
Demokrat Somasi Akun TikTok yang Sebut SBY Dalangi Isu Ijazah Jokowi