“Kami menanyakan ke pihak kapal soal materialnya. Dari pengalaman sebelumnya, kapal dengan material lain bisa terbawa jauh, sedangkan kapal ini dari kayu Ulin,” ungkapnya. Analisis ini menjadi patokan penting bagi para penyelam.
Lalu, apa penyebab kapal itu tenggelam? Dari keterangan awak kapal yang selamat, gelombang ‘swell’ yang tinggi dan datang mendadak diduga menjadi pemicu utamanya.
“Itu kami asumsikan anomali cuaca, karena merupakan kiriman siklon 96S,” ujar Risdiyanto.
Menyikapi kondisi ini, otoritas setempat tak mau mengambil risiko. KSOP Labuan Bajo untuk sementara menutup pelayaran menuju Pulau Padar dan Pulau Komodo. Penutupan ini bukan hanya karena potensi cuaca ekstrem yang masih mengancam, tapi juga untuk memudahkan operasi pencarian yang masih berlangsung.
Kapal semi pinisi itu diketahui mengangkut 11 orang saat kejadian: enam turis Spanyol, satu pemandu lokal, dan empat ABK termasuk nahkoda. Hingga laporan ini dibuat, tujuh orang telah dievakuasi dengan selamat termasuk seluruh ABK dan pemandu. Satu jenazah lain sempat ditemukan terbawa arus hingga perairan Pulau Serai di hari keempat pencarian.
Kisah pilu ini adalah tentang satu keluarga ayah, ibu, dan empat anak yang liburannya berubah menjadi tragedi di perairan eksotis Nusa Tenggara Timur.
Artikel Terkait
Najib Razak Divonis 15 Tahun Penjara dan Denda Rp 47 Triliun dalam Kasus Korupsi 1MDB
Trump Beri Ultimatum Tegas kepada Hamas di Bawah Terik Florida
Gempa Magnitudo 2,1 Guncang Labuan Bajo Dini Hari
Trump dan Netanyahu Bahas Gaza dan Ancaman untuk Iran di Mar-a-Lago