Di tengah upaya pemulihan pascabencana di Sumatera, pemerintah menggelontorkan bantuan tunai untuk perbaikan rumah warga. Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian membeberkan rinciannya: Rp 15 juta untuk kerusakan ringan, dan naik menjadi Rp 30 juta bagi rumah dengan kategori rusak sedang. Angka itu bukan sekadar janji, melainkan sedang diproses penyalurannya.
Namun begitu, bagaimana dengan warga yang nasibnya lebih berat? Rumah mereka rata dengan tanah atau rusak parah. Untuk mereka, pemerintah punya skema lain. Tak cuma hunian sementara atau huntara, tapi juga menyiapkan hunian tetap atau huntap. Yang menarik, ada fleksibilitas. Warga yang memilih untuk mengungsi bersama sanak keluarga dulu sambil menunggu rumahnya dibangun, juga diakomodasi.
"Ada yang mungkin hunian sementara, disiapkan. Ada juga yang mungkin ingin mendapatkan biaya bantuan, ingin di rumah keluarganya. Ada pilihan,"
ujar Tito dalam konferensi pers di Posko Terpadu Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin lalu.
Menurutnya, pembangunan huntap ini dikerjakan secara sinergi. Ada yang ditangani Badan Nasional Penanggulangan Bencana, ada pula yang lewat Kementerian PUPR. Gotong royong dari berbagai elemen masyarakat juga jadi andalan. Tapi, di balik semua rencana itu, ada satu hambatan klasik: data.
Artikel Terkait
Guiding Block Aspal di Tangsel: Cat Kuning Berganti Abu-abu, Aksesibilitas Masih Mengambang
Sayap Pesawat Bekas Terbang 300 Meter Diterbangkan Puting Beliung, Hantam Atap Rumah Warga Bogor
Kapal Pinisi Tenggelam di Labuan Bajo, Seluruh ABK Ketiduran
Banjir Bandang di Spanyol Selatan Tewaskan Tiga Orang, Suasana Natal Berubah Kelam