Di tengah reruntuhan dan ketidakpastian, umat Kristiani di Gaza merayakan Natal tahun ini. Suasana pengungsian masih menyelimuti, ditambah lagi dengan laporan-laporan pelanggaran gencatan senjata yang terus terjadi. Di salah satu sudut kota, Gereja Keluarga Kudus masih bertahan, atapnya menjadi tempat berlindung bagi hampir empat ratus orang yang kehilangan rumah.
Gereja ini dikelola oleh Patriarkat Latin Yerusalem, bagian dari Gereja Katolik Roma. Sebagian dari 135 umat Katolik di Gaza berkumpul di sini pekan lalu untuk mengikuti misa Natal. Sejak hari-hari pertama perang meledak, tempat ini sudah menjadi sanctuari, terutama bagi warga Katolik yang mencari rasa aman.
Namun begitu, mereka bukan satu-satunya. Umat Kristiani lainnya menemukan perlindungan di Gereja Santo Porphyrius, yang berafiliasi dengan komunitas Ortodoks Yunani. Secara keseluruhan, komunitas Kristiani di Gaza yang mencakup Ortodoks Yunani dan Katolik berjumlah sekitar 1.100 jiwa. Angka itu kurang dari 0,05% populasi Gaza, dengan mayoritas adalah penganut Ortodoks Yunani.
'Lebih spiritual ketimbang meriah'
Misa Natal di Gereja Keluarga Kudus pada Minggu (21/12) punya nuansa yang berbeda. Dipimpin langsung oleh Kardinal Pierbattista Pizzaballa, ibadah terasa khidmat dan mendalam. Di hadapan jemaatnya, Pizzaballa menyebut perayaan kali ini "lebih spiritual ketimbang meriah."
Ini kunjungan pertamanya sejak gencatan senjata Oktober 2025 lalu.
Usai misa, saat berbicara dengan wartawan, sang Kardinal menggambarkan Gaza dalam "situasi yang sangat buruk." Dia tak menyembunyikan keprihatinannya. Tapi di sisi lain, dia melihat ada keinginan untuk bangkit, untuk pulih.
"Dan, bagi umat Kristiani, keinginan untuk pulih itu digambarkan melalui perayaan Natal," ujarnya.
Yang paling menyentuhnya adalah nasib anak-anak. Pizzaballa terlihat sangat terganggu oleh banyaknya anak di jalanan, yang seharusnya sedang bersekolah atau bersiap merayakan Natal dengan ceria.
"Jumlah anak-anak di jalanan membuat saya terkejut," katanya. "Mereka seharusnya bersekolah."
Pengalaman itu menguatkan tekadnya. Dia berjanji akan memprioritaskan agar kegiatan pendidikan di gereja Keluarga Kudus bisa segera dihidupkan kembali. Baginya, kehadiran anak-anak yang "penuh sukacita dan daya hidup" itu justru "akan menyelamatkan komunitas kita."
Artikel Terkait
Pasar Pagi Pemalang Ludes Dilahap Api, 120 Unit Lapak dan Kios Hangus
Puncak Diserbu 15.000 Kendaraan dalam Sehari, Arus Macet Melonjak Drastis
KPK Hentikan Penyidikan Kasus Tambang Rp 2,7 Triliun di Konawe Utara
KPK Hentikan Penyidikan Korupsi Tambang Rp 2,7 Triliun di Konawe Utara