Pejabat itu juga menegaskan bahwa Sukhni bukan orang sembarangan. Dia mantan perwira intelijen yang punya hubungan erat dengan Suhail al-Hassan.
Nama Suhail al-Hassan sendiri cukup terkenal. Dia dijuluki “Harimau”, komandan pasukan khusus di era Assad yang sering disebut sebagai “prajurit favorit” sang mantan penguasa. Di bawah komandonya, pasukan pemerintah mencetak kemajuan-kemajuan militer penting sekitar tahun 2015, di tengah hiruk-pikuk perang saudara.
Keterkaitan ini mengingatkan pada masa lalu yang kelam. Keluarga Assad dulu punya pengaruh sangat besar di Lebanon, mengendalikan banyak hal selama puluhan tahun. Mereka pun dituding berada di balik sejumlah pembunuhan terhadap pejabat Lebanon yang vokal menentang Damaskus.
Memang, hubungan kedua negara kini berusaha dibangun ulang. Sejak Assad tidak berkuasa lagi, Beirut dan Damaskus sama-sama ingin membuka lembaran baru. Namun begitu, beberapa persoalan masih menggantung. Misalnya, tuntutan Suriah agar Lebanon membebaskan warga negaranya yang ditahan di penjara-penjara sana. Poin itu masih jadi bahan perdebatan sengit.
Kematian Ghassan al-Sukhni, dengan segala latar belakangnya, seperti mengingatkan bahwa masa lalu tak mudah dilupakan begitu saja.
Artikel Terkait
Tragedi Bayi di Jember: Anggota DPR Soroti Kegagalan Perlindungan Ibu Muda
KPK Buka Peluang Panggil Atalia Terkait Aliran Dana Iklan Bank BUMD
Pramono Anung: Lepas dari Status Ibu Kota, Jakarta Harus Setarakan Diri dengan Kota Dunia
Narkoba Bersembunyi di Balik Bungkus Keripik Pisang, Ludes Dibakar Kejari Bogor