"Jadi kami mohon, Ibu, fokus nanti ke depan Komdigi ini mengerti dan tahu persis isu sensitif nasional membantu pemerintah memberitahukan dan mengamplifikasi informasi-informasi itu," pinta Endipat.
Dia lalu menyindir sejumlah pihak yang, dalam pandangannya, cuma datang sekali ke lokasi bencana tapi berlagak paling berjasa. Situasi ini yang dia anggap timpang.
"Orang yang cuma datang sekali seolah-olah paling bekerja di Aceh, padahal negara udah hadir dari awal. Ada orang baru datang, baru bikin satu posko ngomong pemerintah nggak ada. Padahal pemerintah udah bikin ratusan posko di sana," tegasnya dengan nada kesal.
Bagi Endipat, perbandingannya jelas. Bantuan perorangan mungkin bisa mencapai Rp 10 miliar, dan itu selalu ramai diberitakan. Sementara bantuan negara yang mencapai triliunan rupiah justru jarang terdengar.
"Orang per orang cuma nyumbang Rp 10 miliar, negara udah triliun-triliunan ke Aceh itu," ungkapnya.
Harapannya ke depan, Komdigi bisa menggencarkan informasi sehingga publik paham betul bahwa kinerja pemerintah itu nyata dan substansial. Agar tak ada lagi kesan bahwa negara absen dalam penanggulangan bencana, padahal kehadirannya sudah ada sejak hari pertama.
Artikel Terkait
Putin Buka Pintu Kerja Sama Nuklir dalam Pertemuan Hangat dengan Prabowo
Obligasi Daerah: Kunci Kemandirian Fiskal atau Mimpi 25 Tahun yang Tertunda?
Bupati Lampung Tengah Diamankan KPK Usai Tiba dengan Koper Biru
Data BMKG Lengkap, Tapi Siapa yang Benar-Benar Mendengarkan?