Kabar baiknya, kondisi ruas jalan setelahnya dari Kota Kuala Simpang hingga perbatasan Sumut sudah bisa dilalui. Genangan air sudah surut, meski untuk urusan sinyal komunikasi di beberapa titik masih ada kendala. Tapi setidaknya, konektivitas fisik mulai pulih.
Namun begitu, pembersihan lanjutan tetap dilakukan. Di ruas itu, BPJN Aceh masih mengerahkan sejumlah alat berat: empat excavator, dua wheel loader, dan dua motor grader. Mereka fokus membersihkan sisa material dan meratakan permukaan jalan, memastikan kualitasnya terjaga selama masa transisi ini.
Di sisi lain, penanganan darurat tak cuma soal jalan. Kementerian PU juga menggandeng mitra BUMN Karya untuk menyediakan kebutuhan dasar, terutama air bersih dan sanitasi. Kolaborasi ini bentuk respons cepat terhadap kondisi darurat di lapangan.
Bantuan untuk Aceh Tamiang dimobilisasi dari Depo Tanjung Morawa di Medan. Tahap awal, dikirim dua unit mobil tangki air, dua puluh unit tandon air (hidran umum), serta empat dump truck.
Tak cuma itu. Bantuan tambahan juga berdatangan lewat Medan, mencakup unit pengolah air mobile, mobil operasional, mobil sedot tinja, puluhan tandon air lagi, plus tenda, velbed, dan toilet portable. Semua dikirim bertahap agar bisa segera digunakan warga dan relawan.
Dukungan serupa juga mengalir ke kabupaten lain yang terdampak, seperti Langkat. Harapannya, dengan akses jalan yang dibenahi dan bantuan dasar yang mencukupi, proses pemulihan bisa berjalan lebih cepat dan terarah.
Artikel Terkait
Dua Kapal Nelayan Hangus Dilahap Api di Pelabuhan Muara Baru
Polisi Bergerak Cepat Usai Laporan Balap Liar di Antasari
Sri Lanka Gelontorkan Rp 541 Juta per Keluarga untuk Bangun Kembali Pasca Siklon Ditwah
Bantuan Cold Storage Tiba di Agam, Bantu Proses Identifikasi Korban Banjir Bandang